KATA PENGANTAR
Assallamuallaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kehadirat Allah
Swt karena-Nya karya tulis dengan judul “Penggunaan Bahasa Indonesia Dalam
Bahasa Jurrnalistik” telah dapat diselesaikan oleh penulis. Karya tulis ini
dibuat oleh penulis untuk menuntaskan tugas akhir semester pada mata kuliah
bahasa Indonesia.
DOWNLOAD VERSI MICROSOFT WORD : KLIK DI SINI
Dalam pembuatan karya tulis ini penulis menyampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu, ucapan terimakasih ditunjukan kepada :
1.
Kedua orangtua penulis, kakak penulis (Febi
Murniasih) dan adik penulis (Mei Yuni Wulandari) yang telah banyak membantu
dalam penyelesaian pembuatan karya tulis, dengan memberikan dorongan dan
motivasi kepada penulis, membantu mendanai pembuatan karya tulis yang penulis
buat sampai dengan selesai. Semoga
Allah swt senantiasa memberikan kebahagiaan kepada keluargaku tercinta, dan
dimudahkan dalam segala urusan.
2.
Bapak Makh Donal, karena telah mengajarkan
penulis cara-cara dalam pembuatan karya tulis yang baik dan benar, dan atas
nasehat-nasehat yang diberikan kepada penulis dan teman-teman penulis.
3.
Kepada sahabat Windy Fatma Susmala, dan Indah Purwaningtias, sahabat-sahabat yang penulis
sayangi, terima kasih karena telah bersedia meminjamkan peralatan, membantu memberikan masukan-masukan untuk pembuatan
karya tulis sampai dengan selesai, dan
atas dukungan yang diberikan. Semoga persahabatan kita akan terus berlanjut
sampai usia tua.
4.
Sahabat-sahabat
dari keluarga kecil 3S-9, terima kasih karena telah memberikan keceriaan dan
kebahagiaan disaat penulis sedang dalam keadaan susah maupun senang.
5.
Teman-teman
seperjuangan di kelas pagi jurusan akuntansi (Recha Stefanie, Endang
Setyowati), dan teman-teman yang lain, karena telah membantu meringankan beban
dengan memberikan support dan berbagi keceriaan.
6.
Muhammad Andika Mirza atas dukungan dan
semangat yang diberikan kepada si penulis, selain itu sabar mendengarkan keluh
kesah si penulis.
Penulis berharap semoga
karya tulis dengan judul “Penggunaan Bahasa Indonesia Dalam Bahasa Jurnalistik”
dapat berguna bagi penulis dan bermanfaat bagi pembaca umum kedepannya.
Wassalamuallaikum
Warrahmatullahi Wabarakatuh
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa
merupakan alat yang digunakan oleh manusia pada umumnya untuk berkomunikasi antara
satu sama lain. Dengan bahasa manusia dapat mengerti satu sama lain mengenai
berbagai macam hal. Tanpa adanya bahasa manusia tidak akan mungkin dapat
berkembang, oleh karena itu dengan diciptakannya bahasa manusia dapat berpikir
dengan cermat dan menjadi pintar.
Bahasa
juga diciptakan dalam berbagai macam. Karena kita hidup di negara Indonesia oleh sebab itu bahasa yang digunakan
adalah bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia juga digunakan sebagai alat pengembangan nasional. Selain sebagai
alat pengembangan nasional, bahasa Indonesia juga digunakan sebagai bahasa
negara dan bahasa nasional. Sementara itu fungsi bahasa Indonesia adalah
sebagai berikut :
1. Sebagai
lambang negara.
2. Lambang
identitas negara.
3. Alat
penghubung antarwarga, antardaerah, antarbudaya.
4. Menyatukan
berbagai suku bangsa dengan latar belakang yang berbeda-beda.
Dalam
karya tulis ini saya membahas bahasa Indonesia
dalam bahasa jurnalistik di sebut juga bahasa media massa. Bahasa Indonesia merupakan alat yang
dapat digunakan sebagai bahasa media massa
untuk menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penyajian bahasa
media massa
sangatlah komunikatif dan spesifik. Komunikatif artinya dalam penyampaian
sebuah persoalan langsung ke pokok inti persoalannya dan dapat dimengerti oleh
para pembaca. Spesifik artinya penyampaian kata-kata yang disajikan singkat
padat namun dapat dimengerti oleh para pembaca, tidak memakai kata-kata yang
terlalu bertele-tele atau yang bisa disebut dengan pemborosan kata.
Untuk
itu, karya tulis ini dibuat untuk lebih memperdalam dan menjelaskan bahasa
indonesia dalam bahasa Jurnalistik (Media Massa).
1.2 Identifikasi Masalah
Pertanyaan-pertanyaan
mengenai masalah bahasa jurnalistik (media masa) akan diuraikan dalam beberapa
point sebagai berikut.
- Apakah pengertian bahasa jurnalistik (media massa) sama bagi para ahli nya ?
- Apa saja kah penyimpangan yang biasa ditemukan dalam bahasa Jurnalistik (media massa) ?
- Bagaimanakah penggunaan kata, kalimat dan alinea dalam bahasa Jurnalistik (media massa) ?
1.3 Rumusan Masalah
Bahasa
jurnalistik (media massa)
memiliki berbagai arti menurut beberapa ahli. Inti dari arti bahasa jurnalistik
sebenarnya sama yaitu penggunaan bahasa nya mudah di mengerti bagi kalangan
pembaca, tidak membedakan strata dan menggunakan kata-kata yang singkat, padat,
dan lugas. Akan tetapi, terkadang masih di dapati kesalahan kata-kata di dalam
media massa,
hal tersebut akan dibahas lebih lanjut dalam karya tulis ini, mengapa bisa
terjadi kesalahan dan apa saja bentuk-bentuk kesalahan dalam penulisan kata.
1.4 Tujuan
Tujuan
dibuatnya karya tulis ini adalah untuk menuntaskan tugas akhir semester pada
mata kuliah bahasa Indonesia, selain itu secara umum dibuatnya karya tulis ini
adalah untuk lebih memahami bahasa, bahwa bahasa ternyata tidak hanya satu
macam tetapi bermacam-macam dan salah satu nya adalah bahasa jurnalistik (media
massa) yang di pilih menjadi judul karya tulis oleh si penulis.
1.5 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari karya tulis ini adalah sebagai
berikut :
- Mengetahui lebih dalam mengenai penggunaan bahasa Indonesia dalam bahasa jurnalistik (media massa).
- Mengetahui masih adanya penyimpangan-penyimpangan penggunaan bahasa jurnalistik (media massa).
- Mengetahui bagaimana seharusnya penggunaan kata, kalimat, dan alinea dalam bahasa jurnalistik (media massa).
1.6 Hipotesis
Seperti
yang telah kita ketahui bahasa Indonesia merupakan lambang negara dan digunakan
sebagai bahasa nasional, yaitu bahasa yang menyatukan berbagai suku bangsa
dengan latar belakang yang berbeda-beda.
Bahasa
Indonesia juga digunakan sebagai alat komunikasi bukan hanya melalui lisan
(ucapan), akan tetapi bahasa Indonesia bisa dikembangkan dengan melakukan komunikasi
melalui berbagai cara atau menggunakan media, dan di dalam karya tulis ini
penulis membahas bahasa Indonesia dalam bahasa jurnalistik (media massa).
1.7 Sumber Data
Penulis
mencari sumber data dengan menggunakan sarana internet, misal http://ghembiel09.blogspot.com/2010/11/peranan-bahasa-indonesia-dalam.html
dari
website tersebut penulis mendapatkan referensi tambahan mengenai pembahasan
masalah yang akan penulis tulis dalam karya tulis ini yang diberikan judul
“Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Bahasa Jurnalistik”.
1.8 Metode Penulisan
Dalam
karya tulis ini penulis menggunakan metode komparatif, yaitu penulis
membandingkan dan menganalisis data dari dua sumber yang berbeda. Penulis
mencari data melalui media internet, membandingkan dan menganalisis data dari
berbagai sumber. Akan tetapi, hasil yang di dapat dari penulis tidak langsung
meng copy-paste saja dari internet, hasil tersebut dianalisis dan dibandingkan
dengan hasil yang lain, kemudian diulas kembali dengan bahasa yang berbeda,
yaitu bahasa yang digunakan oleh penulis.
BAB 2
Pembahasan
2.1 Pengertian Bahasa Indonesia
Bahasa
Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia
dan bahasa persatuan bangsa Indonesia.
Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,
tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi.
Bahasa Indonesia juga merupakan salah satu dari banyaknya ragam bahasa melayu.
Untuk itu sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928 dilakukan penamaan
“Bahasa Indonesia” hal tersebut dilakukan untuk menghindari kesan “imperialisme
bahasa” apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan. Proses ini menyebabkan
berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan
di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan
bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui
penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing. Sebagian
besar pengguna bahasa indoesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang
digunakan di Indonesia
sebagai bahasa ibu. Pengguna bahasa Indonesia kerap kali menggunakan
bahasa sehari-hari atau bahkan mencampur adukan bahasa Indonesia dengan bahasa
melayu atau bahasa ibu lainnya.
Bahasa
Indonesia sebagai alat komunikasi yang mempunyai peran sebagai penyampaian
informasi atau pun berita dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar agar
mudah di mengerti oleh para pembaca ataupun pendengar. Untuk melakukan
penyampaian informasi kepada para pembaca ataupun pendengar bahasa Indonesia dituangkan melalui sebuah media massa (cetak ataupun
elektronik). Media massa mengunjungi masyarakat
dengan menggunakan sarana bahasa Indonesia. Oleh karena itu, media massa memiliki fungsi yang amat strategis dalam upaya
pengembangan ataupun pembinaan bahasa Indonesia. Bahkan, sering terjadi
media massa dijadikan acuan dalam penggunaan
bahasa Indonesia.
Media
massa merupakan
suatu wadah bagi para jurnalis untuk menuangkan segala aspirasi dan informasi
yang dapat diberikan para jurnalis kepada masyarakat. Jurnalis mengembangkan
penggunaan bahasa Indonesia ke dalam
bahasa jurnalistik. Bahasa Jurnalistik adalah gaya bahasa yang
digunakan wartawan dalam menulis berita. . Disebut juga bahasa komunikasi massa (Language of Mass Communication, disebut pula
Newspaper Language), yakni bahasa yang digunakan dalam komunikasi melalui media
massa, baik
komunikasi lisan (tutur) di media elektronik (radio dan TV) maupun komunikasi
tertulis (media cetak), dengan ciri khas singkat, padat, dan mudah dipahami.
Bahasa
Jurnalistik hadir atau diperlukan oleh insan pers untuk kebutuhan komunikasi
efektif dengan pembaca (juga pendengar dan penonton). Berikut adalah pengertian
menurut beberapa sumber yang di dapat oleh penulis mengenai pengertian bahasa
jurnalistik :
1. Rosihan
Anwar : Bahasa yang digunakan oleh wartawan dinamakan bahasa pers atau bahasa
jurnalistik. Bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khas yaitu, singkat,
padat, sederhana, lancer, jelas, lugas, dan menarik. Bahasa jurnalistik
didasarkan pada bahasa baku,
tidak menganggap sepi kaidah-kaidah tata bahasa, memperhatikan ejaan yang
benar, dalam kosa kata bahasa jurnalistik mengikuti perkembangan dalam masyarakat.
2. S.
Wojowasito : Bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa yang tampak dalam harian-harian dan
majalah-majalah. Dengan fungsi yang demikian itu bahasa tersebut haruslah jelas
dan mudah dibaca oleh mereka dengan ukuran intelek yang minimal. Sehingga
sebagian besar masyarakat yang melek huruf dapat menikmati isinya. Walaupun
demikiantuntutan bahwa bahasa jurnalistik harus baik, tak boleh ditinggalkan.
Dengan kata lain bahasa jurnalistik yang baik haruslah sesuai dengan
norma-norma tata bahasa yang antara lain terdiri atas susunan kalimat yang
benar, pilihan kata yang cocok.
3. JS
Badudu: Bahasa media masa harus singkat, padat, sederhana, jelas, lugas, tetapi
selalu menarik. Sifat-sifat itu harus dipenuhi oleh bahasa surat
kabar mengingat bahasa surat kabar dibaca oleh
lapisan-lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya.Mengingat
bahwa orang tidak harus menghabiskan waktunya hanya dengan membaca surat kabar. Harus lugas,
tetapi jelas, agar mudah dipahami. Orang tidak perlu mesti mengulang-ulang apa
yang dibacanya karena ketidakjelasan bahasa yang digunakan dalam media massa.
4. Asep
Syamsul M. Romli: Bahasa Jurnalistik/Language of mass communication. Bahasa
yang biasa digunakan wartawan untuk menulis berita di media massa. Sifatnya, komunikatif, yakni langsung
menjamah materi atau ke pokok persoalan (straight to the point), tidak
berbunga-bunga, dan tanpa basa-basi. Serta spesifik, yakni jelas atau mudah
dipahami orang banyak, hemat kata, menghindarkan penggunaan kata mubazir dan
kata jenuh, menaati kaidah-kaidah bahasa yang berlaku (Ejaan yang
disempurnakan), dan kalimatnya singkat-singkat.
5. Kamus
Besar Bahasa Indonesia(2005): Bahasa jurnalistik adalah salah satu ragam bahasa
Indonesia,
selain tiga lainnya — ragam bahasa undang-undang, ragam bahasa ilmiah, dan
ragam bahasa sastra.
6. Dewabrata:
Penampilan bahasa ragam jurnalistik yang baik bisa ditengarai dengan
kalimat-kalimat yang mengalir lancar dari atas sampai akhir, menggunakan
kata-kata yang merakyat, akrab di telinga masyarakat sehari-hari; tidak
menggunakan susunan yang kaku formal dan sulit dicerna. Susunan kalimat
jurnalistik yang baik akan menggunakan kata-kata yang paling pas untuk
menggambarkan suasana serta isi pesannya. Bahkan nuansa yang terkandung dalam
masing-masing kata pun perlu diperhitungkan.
2. 2 Penyimpangan Bahasa Jurnalistik
Penulisan
bahasa jurnalistik yang akan dituangkan ke dalam sebuah media massa masih kemungkinan masih terdapat
beberapa penyimpangan dalam penulisan bahasa jurnalistik itu sendiri, berikut adalah
beberapa jenis penyimpangan yang terdapat dalam penulisan bahasa jurnalistik :
1.
Peyimpangan morfologis, sering terjadi
dijumpai pada judul berita surat kabar yang
memakai kalimat aktif, yaitu pemakaian kata kerja tidak baku dengan penghilangan afiks. Afiks pada
kata kerja yang berupa prefiks atau awalan dihilangkan.
2.
Kesalahan sintaksis, kesalahan berupa
pemakaian tatabahasa atau struktur kalimat yang kurang benar sehingga sering
mengacaukan pengertian. Hal ini disebabkan logika yang kurang bagus.
3.
Kesalahan kosakata, kesalahan ini sering
dilakukan dengan alasan kesopanan (eufemisme) atau meminimalkan dampak buruk
pemberitaan. Kesalahan ejaan
4.
Kesalahan ejaan juga terjadi dalam penulisan
kata seperti, Jumat ditulis Jum’at, khawatir ditulis hawatir, jadwal ditulis
jadual, sinkron ditulis singkron, dll.
5.
Kesalahan pemenggalan, terkesan setiap ganti
garis pada setiap kolom kelihatan asal penggal saja. Kesalahan ini disebabkan
pemenggalan bahasa Indonesia masih menggunakan program komputer berbahasa
Inggris.
Untuk
menghindari beberapa kesalahan seperti diuraikan di atas adalah melakukan
kegiatan penyuntingan baik menyangkut pemakaian kalimat, pilihan kata, dan
ejaan. Selain itu, pemakai bahasa jurnalistik yang baik tercermin dari
kesanggupannya menulis paragraf yang baik. Syarat untuk menulis paragraf yang
baik tentu memerlukan persyaratan menulis kalimat yang baik pula.
Paragraf
yang berhasil tidak hanya lengkap pengembangannya tetapi juga menunjukkan
kesatuan dalam isinya. Paragraf menjadi rusak karena penyisipan-penyisipan yang
tidak bertemali dan pemasukan kalimat topik kedua atau gagasan pokok lain ke
dalamnya. Oleh karena itu seorang jurnalistik sebaiknya memperhatikan kata
ganti, dan lebih baik apabila gagasan yang sejajar dituangkan dalam kalimat
sejajar, manakala sudut pandang terhadap isi kalimat tetap sama, maka
penempatan fokus dapat dicapai dengan pengubahan urutan kata yang lazim dalam
kalimat, pemakaian bentuk aktif atau pasif, atau mengulang fungsi khusus.
Untuk
membuat variasi kata jurnalis dapat meperoleh kata tersebut dengan menggunakan
beberapa cara yaitu, pemakaian kalimat yang berbeda menurut struktur
gramatikal, memakai kalimat panjang yang berbeda-beda, dan pemakaian unsur
kalimat seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan dengan selang-seling.
Bahasa jurnalistik juga berhubungan dengan prinsip
penyuntingan tik dan terdapat beberapa
prinsip yang sebaiknya dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Balancing, menyangkut lengkap-tidaknya batang tubuh dan
data tulisan.
2. Visi tulisan seorang penulis yang mereferensi pada
penguasaan atas data-data aktual.
3. Logika cerita yang mereferensi pada kecocokan.
4. Akurasi data.
5. Kelengkapan data, setidaknya prinsip 5wh.
6. Panjang pendeknya tulisan karena keterbatasan halaman.
Bahasa jurnalistik memiliki beberapa prinsip yang harus
diketahui oleh para jurnalis yaitu sebagai berikut :
1. Singkat, artinya bahasa jurnalistik harus menghindari
penjelasan yang panjang dan bertele-tele.
2. Padat, artinya bahasa jurnalistik yang singkat itu sudah
mampu menyampaikan informasi yang lengkap. Semua yang diperlukan pembaca sudah
tertampung didalamnya. Menerapkan prinsip 5 WH, membuang kata-kata mubazir dan
menerapkan ekonomi kata.
3. Sederhana, artinya bahasa pers sedapat-dapatnya memilih
kalimat tunggal dan sederhana, bukan kalimat majemuk yang panjang, rumit, dan
kompleks. Kalimat yang efektif, praktis, sederhana pemakaian kalimatnya, tidak
berlebihan pengungkapannya (bombastis).
4. Lugas, artinya mampu menyampaikan pengertian atau makna
informasi secara langsung dengan menghindari bahasa yang berbunga-bunga .
5. Menarik, artinya dengan menggunakan pilihan kata yang
masih hidup, tumbuh, dan berkembang. Menghindari kata-kata yang sudah mati.
6. Jelas, artinya informasi yang disampaikan jurnalis dengan
mudah dapat dipahami oleh khalayak umum (pembaca). Struktur kalimatnya tidak
menimbulkan penyimpangan/pengertian makna yang berbeda, menghindari ungkapan
bersayap atau bermakna ganda (ambigu). Oleh karena itu, sebaiknya bahasa
jurnalistik menggunakan kata-kata yang bermakna denotatif.
Selain prinsip dasar, seorang jurnalis juga harus tahu
mengenai prinsip retorika tekstual, yaitu sebagai berikut :
1. Prinsip prosesibilitas
Menganjurkan agar teks disajikan sedemikian rupa sehingga
mudah bagi pembaca untuk memahami pesan pada waktunya. Dalam proses memahami pesan
penulis harus menentukan bagaimana membagi pesan-pesan menjadi satuan, bagaimana
tingkat subordinasi dan seberapa pentingnya masing-masing satuan, dan bagaimana
mengurutkan satuan-satuan pesan itu. Ketiga macam itu harus saling berkaitan satu
sama lain.
2. Prinsip kejelasan
Yaitu agar teks itu mudah dipahami. Prinsip ini
menganjurkan agar bahasa teks menghindari ketaksaan (ambiguity). Teks yang
tidak mengandung ketaksaan akan dengan mudah dan cepat dipahami.
3. Prinsip ekonomi
Prinsip ekonomi menganjurkan agar teks itu singkat tanpa
harus merusak dan mereduksi pesan. Teks yang singkat dengan mengandung pesan
yang utuh akan menghemat waktu dan tenaga dalam memahaminya. Sebagaimana wacana
dibatasi oleh ruang wacana jurnalistik dikonstruksi agar tidak melanggar
prinsip ini. Untuk mengkonstruksi teks yang singkat, dalam wacana jurnalistik
dikenal adanya cara-cara mereduksi konstituen sintaksis yaitu singkatan,
elipsis, dan pronominalisasi. Singkatan, baik abreviasi maupun akronim, sebagai
cara mereduksi konstituen sintaktik banyak dijumpai dalam wacana jurnalistik.
4. Prinsip ekspresivitas
Prinsip ini dapat pula disebut prinsip ikonisitas.
Prinsip ini menganjurkan agar teks dikonstruksi selaras dengan aspek-aspek
pesan. Dalam wacana jurnalistik, pesan bersifat kausalitas dipaparkan menurut
struktur pesannya, yaitu sebab dikemukakan terlebih dahulu baru dikemukakan
akibatnya. Demikian pula bila ada peristiwa yang terjadi berturut-turut, maka
peristiwa yang terjadi lebih dulu akan dipaparkan lebih dulu dan peristiwa yang
terjadi kemudian dipaparkan kemudian.
2.3 Penggunaan Kata, Kalimat, dan Alinea
Bahasa jurnalistik juga mengikuti kaidah bahasa Indonesia
baku. Namun pemakaian bahasa jurnalistik lebih menekankan pada daya
kekomunikatifannya. Berikut adalah tata cara penggunaan kata, kalimat, dan
alinea :
1. Pemakaian kata-kata yang bernas. Kata merupakan modal
dasar dalam menulis. Semakin banyak kosakata yang dikuasai seseorang, semakin
banyak pula gagasan yang dikuasainya dan sanggup diungkapkannya. Dalam penggunaan
kata, penulis yang menggunakan ragam BI Jurnalistik diperhadapkan pada dua
persoalan yaitu ketepatan dan kesesuaian pilihan kata. Ketepatan mempersoalkan
apakah pilihan kata yang dipakai sudah setepat-tepatnya, sehingga tidak
menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis dan pembaca. Sedangkan
kesesuaian mempersoalkan pemakaian kata yang tidak merusak wacana.
2. Penggunaan kalimat efektif. Kalimat dikatakan efektif
bila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan itu berlangsung sempurna. Kalimat
efektif mampu membuat isi atau maksud yang disampaikan itu tergambar lengkap
dalam pikiran si pembaca, persis apa yang ditulis. Keefektifan kalimat
ditunjang antara lain oleh keteraturan struktur atau pola kalimat. Selain
polanya harus benar, kalimat itu harus pula mempunyai tenaga yang menarik.
3. Penggunaan alinea/paragraf yang kompak. Alinea merupakan
suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari
kalimat. Setidaknya dalam satu alinea terdapat satu gagasan pokok dan beberapa
gagasan penjelas. Pembuatan alinea
bertujuan memudahkan pengertian dan pemahaman dengan memisahkan suatu tema dari
tema yang lain.
Bahasa Indonesia memiliki beberapa ragam bahasa
jurnalistik seperti berita. Berita adalah peristiwa yang dilaporkan. Segala
yang didapat di lapangan dan sedang dipersiapkan untuk dilaporkan belum disebut
berita. Wartawan yang menonton dan menyaksikan peristiwa, belum tentu telah
menemukan peristiwa. Wartawan sudah menemukan peristiwa setelah ia memahami
prosesnya atau jalan cerita, yaitu tahu
apa yang terjadi, siapa yang terlibat, kejadiannya bagaimana, kapan, dan dimana
itu terjadi, dan mengapa sampai terjadi. Keenam itu yang disebut unsur berita.
Suatu peristiwa dapat dibuat berita bila paling tidak
punya satu nilai berita seperti berikut :
1. Kebermaknaan (significance), kejadian yang berkemungkinan
akan mempengaruhi kehidupan orang banyak atau kejadian yang punya akibat
terhadap pembaca. Contoh: Kenaikan BBM, tarif TDL, biaya Pulsa telepon, dll.
2. Besaran (magnitude), kejadian yang menyangkut angka-angka
yang berarti bagi kehidupan orang banyak. Misalnya: Para penghutang kelas kakap
yang mengemplang trilyunan rupiah BLBI.
3. Kebaruan (timeliness), kejadian yang menyangkut peristiwa
yang baru terjadi. Misalnya, pemboman Gereja tidak akan bernilai berita bila
diberitakan satu minggu setelah peristiwa.
4. Kedekatan (proximity), kejadian yang ada di dekat
pembaca. Bisa kedekatan geogragfis atau emosional. Misalnya, peristiwa tabrakan
mobil yang menewaskan pasangan suami isteri, lebih bernilai berita daripada Mac
Dohan jatuh dari arena GP 500.
5. Ketermukaan/sisi manusiawi (prominence/ human interest).
Kejadian yang memberi sentuhan perasaan para pembaca. Kejadian orang biasa,
tetapi dalam peristiwa yang luar biasa, atau orang luar biasa (public figure)
dalam peristiwa biasa. Misalnya, anak kecil yang menemukan granat siap meledak
di rel kereta api, atau Megawati yang memiliki hobby pada tanaman hias.
Berita jurnalistik dapat digolongkan menjadi berita langsung
(straight/hard/spot news),dan berita ringan (soft news), berita kisah (feature)
serta laporan mendalam (in-depth report). Berita langsung digunakan untuk
menyampaikan kejadian penting yang secepatnya diketahui pembaca. Aktualitas
merupakan unsur yang penting dari berita langsung. Kejadian yang sudah lama
terjadi tidak bernilai untuk berita langsung. Aktualitas bukan hanya menyangkut
waktu tetapi jug sesuatu yang baru diketahui atau diketemukan. Misalnya, cara
baru, ide baru, penemuan baru, dll. Berita ringan tidak mengutamakan unsur
penting yang hendak diberitakan tetapi sesuatu yang menarik. Berita ini
biasanya ditemukan sebagai kejadian yang menusiawi dari kejadian penting.
Kejadian penting ditulis dalam berita langsung, sedang berita yang menarik
ditulis dalam berita ringan. Berita ringan sangat cocok untuk majalah karena
tidak terikat aktualitas. Berita ringan langsung menyentuh emosi pembaca
misalnya keterharuan, kegembiraan, kasihan, kegeraman, kelucun, kemarahan, dll.
Berita Kisah (Feature), berita kisah adalah tulisan tentang kejadian yang
dapat menyentuh perasaan atau menambah pengetahuan pembaca lewat penjelasan
rinci, lengkap, serta mendalam. Jadi nilainya pada unsur manusiawi dan dapat
menambah pengetahuan pembaca.
Terdapat berbagai jenis berita kisah di antaranya profile feature, how to
do it feature, science feature, dan human interest feature.
1. Profile feature menceritakan perjalanan hidup seseorang,
bisa pula hanya menggambarkan sepak terjang orang tersebut dalam suatu kegiatan
dan pada kurun waktu tertentu. Profile feature tidak hanya cerita sukses saja,
tetapi juga cerita kegagalan seseorang. Tujuannya agar pembaca dapat bercermin
lewat kehidupan orang lain.
2. How to do It feature, berita yang menjelaskan agar orang
melakukan sesuatu. Informasi disampaikan berupa petunjuk yang dipandang penting
bagi pembaca. Misalnya petunjuk berwisata ke Pulau Bali. Dalam tulisan itu
disampaikan beberapa tips praktis rute perjalanan (drat, laut, udara), lokasi
wisata, rumah makan dan penginapan, perkiraan biaya, kualitas jalan, keamanan,
dll.
3. Science feature adalah tulisan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang ditandai oleh kedalaman pembahasan dan objektivitas pandangan
yang dikemukakan, menggunakan data dan informasi yang memadai. Feature ilmu
pengetahuan dan teknologi dapat dimuat di majalah teknik, komputer, pertanian,
kesehatan, kedokteran, dll. Bahkan surat kabar pun sekarang memberi rubrik
science feature.
4. Human interest features , merupakan feature yang
menonjolkan hal-hal yang menyentuh perasaan sebagai hal yang menarik, termasuk
di dalamnya adalah hobby dan kesenangan. Misalnya, orang yang selamat dari
kecelakaan pesawat terbang dan hidup di hutan selama dua Minggu. Kakek berusia
85 tahun yang tetap mengabdi pada lingkungan walaupun hidup terpencil dan
miskin.
2.3.1 Tips Menulis Berita
1. Tulislah berita yang menarik dengan menerapkan gaya
bahasa percakapan sederhana . Tulislah berita dengan lead yang bicara. Untuk
menguji lead anda “berbicara” atau “bisu” cobalah dengan membaca tulisan yang
dihasilkan. Jika anda kehabisan nafas dan tersengal-sengal ketika membaca maka
led anda terlalu panjang.
2. Gunakan kata/Kalimat Sederhana. Kalimat sederhana terdiri
dari satu pokok dan satu sebutan. Hindari menulis dengan kata keterangan dan
anak kalimat. Ganti kata-kata yang sulit atau asing dengan kata-kata yang
mudah. Bila perlu ubah susunan kalimat atau alinea agar didapat tulisan yang “mengalir”. Ingat
KISS (Keep It Simple and Short).
3. Hindari kata-kata berkabut. Kata-kata berkabut adalah
tulisan yang berbunga-bunga, menggunakan istilah teknis, ungkapan asing yang
tidak perlu dan ungkapan umum yang kabur. Yang diperlukan BI ragam jurnalistik
adalah kejernihan tulisan (clarity).
4. Libatkan pembaca. Melibatkan pembaca berarti menulis
berita yang sesuai dengan kepentingan, rasa ingin tahu, kesulitan, cita-cita,
mimpi dan angan-angan. Tapi ingat: jangan sampai terjebak menulis dengan gaya
menggurui atau menganggap enteng pembaca. Melibatkan pembaca berarti mengubah
soal-soal yang sulit menjadi tulisan yang mudah dimengerti pembaca. Melibatkan
pembaca juga didapat dengan menulis sesuai rasa keadilan yang hidup di
masyarakat.
5. Gantilah kata sifat dengan kata kerja, contohnya “Seorang
perempuan tua yang kelelahan bekerja di sawahnya!”. Bandingkan dengan “Seorang
perempuan tua membajak, kepalanya merunduk, nafas nya tersengal-sengal!”.
6. Gunakan kosakata yang tidak memihak, contohnya “Seorang
ayah memperkosa anak gadisnya sendiri yang masih berusia 12 tahun”. Bandingkan
dengan, “Perkosaan menimpa anak gadis yang berusia 12 tahun”.
7. Hindari pemakaian eufemisme bahasa, contohnya “Selama
musim kemarau terjadi rawan pangan di Gunung Kidul”. Bandingkan dengan “Selama
musim kemarau terjadi kelaparan di Gunung Kidul”.
Dengan paparan bahasa jurnalistik seperti yang telah
diuraikan dapat disimpulkan bahwa bahasa jurnalistik adalah bahasa yang
digunakan oleh jurnalis dalam menulis berita. Bahasa jurnalistik bersifat khas
yaitu singkat, padat, sederhana, lugas, menarik, lancar dan jelas.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari isi karya tulis dengan judul “Penggunaan Bahasa
Indonesia dalam Bahasa Jurnalistik” penulis menyimpulkan bahwa bahasa Indonesia
tidak terfokus hanya dalam satu bahasa. Bahasa Indonesia dapat dikembangkan
oleh para pengguna, di padu padankan dengan bahasa melayu lainnya ataupun
dengan bahasa asing, dan dalam karya tulis ini penulis menjelaskan tentang
perkembangan penggunaan bahasa Indonesia dalam bahasa jurnalistik.
3.2 Saran
Kerena cakupan yang diambil oleh penulisdalam karya tulis
ini ini belum cukup luas, mungkin kedepannya dapat diperluas dan dikembangkan
agar lebih baik lagi.
3.3 Daftar Pustaka
http://ghembiel09.blogspot.com/2010/11/peranan-bahasa-indonesia-dalam.html
( 2 Januari 2011 )
http://community.gunadarma.ac.id/blog/view/id_1682/title_perkembangan-bahasa- indonesia/ ( 2 Januari 2011 )
http://pondokbahasa.wordpress.com/2008/08/07/pemanfaatan-bahasa-daerah-dalam-pengembangan-bahasa-indonesia-media-massa/ ( 2 Januari 2011 )
http://www.romeltea.com/2009/09/03/pengertian-bahasa-jurnalistik ( 2 Januari 2011 )
http://yudhim.blogspot.com/2009/02/contoh-karya-tulis-global-warming.html ( 2 Januari 2011 )
http://morfologi.com/?tag=pengertian-bahasa-indonesia ( 2 Januari 2011 )
0 komentar:
Posting Komentar