KEDAULATAN
NEGARA
Ada negara yang menganggap bahwa kedaulatannya di tangan
rakyat artinya suara rakyat banyak benar-benar dedengar, keluhannya,
penderitaannya, menurut mereka inilah contoh negara demokrasi, oleh rakyat dan
utnuk rakyat, tetapi hal ini tampaknya hanya sekedar untuk menutupi perilaku
pemerintah yang berkuasa, karena negara-negara komunis sering mengatakn negara
demokrasi tetapi memaksakan kehendaknya
demi partai tunggal sosialisme, negara liberal sering mengucapkan demokrasi tetapi mereka menyebar luaskannya
melaluli pemaksaan, mereka sendiri masa lalunya merupkan negara penjajah, dan
masyarakat kulit putih dan masyarakat kulit hitam serta kulit berwarna
dibedakan statusnya, oleh karena itu bila ada yang mengatakan bahwa kedaulatan
berada ditangan rakyat, maka yang membuktikannya adalah sejaumana
pertanggungjawaban pemerintah kepada rakyatnya, baik langsung maupun melalui
perwakilan pada badan legislatif.
Ada pula negara yang mengatakan bahwa kedaulatan berada
ditangan hukum, artinya supremasi hukum
dinomor satukan, peraturan dijunjung
tinggi, tetapi bukankah tiak sedikit negara yang mengaku negara hukum, tetapi
hukum yang dibuat olwh manusia, dan manusia tersebut hanya terbatas pada
sekelompok manusia elit yang berada di lingkungan yang dekat dengan kekuasaan,
apakah langsung eksekutif ataupun legistlatif, tetapi legislatif (parlemen)
yang ditujukan oleh pemerintah yang berkuasa, resikonya sering dibuat hukum
yang mengkebiri pers, hikum yang menjengal demonstrasi dan protes kepada pemerintah,
kalau perlu dengan tuduhan teroritis kendati yang dituduh adalah mereka yang
membela rakyat kecil, oleh karan itu kalau ada
negara yang kedaulatannya berdasarkan atas dasar hukum, alat
pengujiannya adalah sejauhmana hukum itu dibuat olwh pihak wakil rakyat untuk
mengatur dan mengurus hubungan rakyat dengan pemerintahnya secara baik dan benar, kalau perlu dengan
mencarai kaitannya dengan moral agama.
Ada pula negara yang mengatakan bahwa kedaulatannya
berada di tanga Tuhan, jadi Tuhan Yang Maha Esa yang menentukan jalannya roda
pemerintahan, apabila diatur oleh sang Pencipta dunia ini maka yang
melanggarnya akan berdosa, hanya saja kemudian yanng perlu diperhatikan adalah
siapakan orang berada sebagai pelaksana jalannya roda pemerintahan itu sendiri,
apakah benar yang bersangkutan berdasarkan kitab suci ataukah hanya menafsirkan
sesuai seleranya dengan mencocokkan aturannya pada kitab suci, apabila
merugikan diri elit penguasa lalu
dihilangkan tetapi ketika menguntungkan pengusasa maka diekspos sebagai
perintah Tuhan, oleh karena itu kalau ada negara yang mengaku sebagai negara
yang kedaulatannya berada ditangan
Tuhan, maka perlu diuiji sejauhmana pemimpin pemerintahannya melaksanakan Kitab
Suci Agamanya, serta sejaumana penafsiraran pribadinya memiliki kontribusi
untuk merubah, itupun kalau agama yang dipakai yang bersangkutan apakah agama
yang baik dan benar.
Ada pula negara yang terus terang mengatakan bahwa
kedaulatannya berada di tangan raja, inilah bentuk yang paling mengkultuskan
manusia di muka bumi, bahkan pernyataan yang mengatakan bahwa raja dan
keluarganya adalah bangsawan yang berdarah biru, adalah terlalu
melebih-lebihkan manusia oleh manusia, karena darah manusia bukankah sama merah
warnanya, tetapi karena kulit para raja putih warnanya lalu urat nadinya
terlihat berwarna biru maka lahirlah istilah darah biru, apalagi rakyat jelata
karena beratnya bekerja di terik matahari menjadikan kulit mereka hitam legam,
sehingga dianggap berdarah lain yang tidak terhormat, inilah cikal bakal lahirnya
kasta dalam masyarakat, kendati semua agama pada prinsipnya menyamakan derajat
manusia.
Adapula negara yang mengatakan bahwa kedaulatannya berada
di tangan negara sendiri, hal ini karena melihat terlalu dibedaknnya manusia
atas manusia maka untuk mengantisifasinya perbedaan kelas negara membuat
peraturan ketat yang tidak boleh dilanggar rakyat, demi negara semua harus
mengalah, ini terlihat pada negara negara komunis yang menjadikan negara
berkuasa secara tirani, kendatipunnegara milik orang banyak secara bersama,
sehingga cara ini dianggap diktator
protelariat, tetapi bagaimana dengan pemimpin pemerintahan itu sendiri, apakah
mereka juga tunduk kepada negara. Walaupun di negara komuni pemimpinnya selalu
memakai pakaian militer, pakaian buruh, dan uniform yang dibuat sama rasa dan
sama rata namun perilaku kejam pemimpin yang mengatas-namakan negara, tetap
tidak menghormati negara itu sendiri, akhirnya lahirlah kata-kata (slogan)
“negara adalah saya”, bagi para pemimpinnya, kata-kata pemimpin adalah kata-kata
resmi negara.
0 komentar:
Posting Komentar