Taksonomi Hewan
DOWNLOAD VERSI MICROSOFT WORD : KLIK DI SINI
I. ORDO PRIMATA
KUKANG (Nycticebus coucang)
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Primata
Familia : Lorisidae
Genus : Nycticebus
Spesies : Nycticebus coucang
Kukang—kadang-kadang disebut pula malu-malu—adalah jenis primata yang
bergerak lambat. Warna rambutnya beragam, dari kelabu keputihan,
kecoklatan, hingga kehitam-hitaman. Pada punggung terdapat garis coklat
melintang dari belakang hingga dahi, lalu bercabang ke dasar telinga dan
mata. Berat tubuh 0,375-0,9 kg, panjang tubuh dewasa 19-30 cm.
Di Indonesia, satwa ini dapat ditemukan di Sumatra, Jawa dan
Kalimantan. Satwa ini menjadi incaran untuk dijadikan hewan peliharaan.
ORANG UTAN
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Primata
Familia : Hominidae
Genus : Pongo
Spesies : Pongo pygmaeus
Orang utan (atau orangutan, nama lainnya adalah mawas) adalah sejenis
kera besar dengan lengan panjang dan berbulu kemerahan, kadang cokelat,
yang hidup di Indonesia dan Malaysia .
Deskripsi
Istilah orang utan diambil dari bahasa Indonesia dan/atau bahasa Melayu, yang berarti manusia (orang) hutan.
Mereka memiliki tubuh yang gemuk dan besar, berleher besar, lengan
yang panjang dan kuat, kaki yang pendek dan tertunduk, dan tidak
mempunyai ekor.
Orang utan berukuran 1-1,4 m untuk jantan, yaitu kira-kira 2/3 kali ukuran seekor gorila.
Tubuh orang utan diselimuti rambut merah kecoklatan. Mereka mempunyai kepala yang besar dengan posisi mulut yang tinggi.
Orang utan jantan memiliki pelipis yang gemuk. Mereka mempunyai
indera yang sama seperti manusia, yaitu pendengaran, penglihatan,
penciuman, pengecap, dan peraba.
Telapak tangan mereka mempunyai 4 jari-jari panjang ditambah 1 ibu
jari. Telapak kaki mereka juga memiliki susunan jari-jemari yang sangat
mirip dengan manusia.
Lokasi dan habitat
Orang utan ditemukan di wilayah hutan hujan tropis Asia Tenggara,
yaitu di pulau Borneo dan Sumatra di wilayah bagian negara Indonesia dan
Malaysia. Mereka biasa tinggal di pepohonan lebat dan membuat sarangnya
dari dedaunan. Orangutan dapat hidup pada berbagai tipe hutan, mulai
dari hutan dipterokarpus perbukitan dan dataran rendah, daerah aliran
sungai, hutan rawa air tawar, rawa gambut, tanah kering di atas rawa
bakau dan nipah, sampai ke hutan pegunungan. Di Borneo orangutan dapat
ditemukan pada ketinggian 500 m di atas permukaan laut (dpl), sedangkan
kerabatnya di Sumatera dilaporkan dapat mencapai hutan pegunungan pada
1.000 m dpl.
Orangutan Sumatera (Pongo abelii lesson) merupakan salah satu hewan
endemis yang hanya ada di Sumatera. Orangutan di Sumatera hanya
menempati bagian utara pulau itu, mulai dari Timang Gajah, Aceh Tengah
sampai Sitinjak di Tapanuli Selatan.Keberadaan hewan mamalia ini
dilindungi Undang-Undang 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya dan digolongkan sebagai ‘Critically
Endangered’ oleh IUCN. Di Sumatera, salah satu populasi orangutan
terdapat di daerah aliran sungai (DAS) Batang Toru, Sumatera Utara.
Populasi orangutan liar di Sumatera diperkirakan sejumlah 7.300[2]. Di
DAS Batang Toru 380 ekor dengan kepadatan pupulasi sekitar 0,47 sampai
0,82 ekor per kilometer persegi. Populasi orangutan Sumatera (Pongo
abelii lesson) kini diperkirakan 7.500 ekor. Padahal pada era 1990 an,
diperkirakan 200.000 ekor. Populasi mereka terdapat di 13 daerah
terpisah secara geografis. Kondisi ini menyebabkan kelangsungan hidup
mereka semakin terancam punah. [1] Saat ini hampir semua orangutan
sumatera hanya ditemukan di Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Aceh,
dengan Danau Toba sebagai batas paling selatan sebarannya. Hanya 2
populasi yang relatif kecil berada di sebelah barat daya danau, yaitu
Sarulla Timur dan hutan-hutan di Batang Toru Barat. Populasi orangutan
terbesar di Sumatera dijumpai di Leuser Barat (2.508 individu) dan
Leuser Timur (1.052 individu), serta Rawa Singkil (1.500 individu).
Populasi lain yang diperkirakan potensial untuk bertahan dalam jangka
panjang (viable) terdapat di Batang Toru,Sumatera Utara, dengan ukuran
sekitar 400 individu.
Orangutan di Borneo yang dikategorikan sebagai ‘endangered’ oleh IUCN
terbagi dalam tiga subspesies: Orangutan di Borneo dikelompokkan ke
dalam tiga anak jenis, yaitu Pongo pygmaeus pygmaeus yang berada di
bagian utara Sungai Kapuas sampai ke timur laut Sarawak; Pongo pygmaeus
wurmbii yang ditemukan mulai dari selatan Sungai Kapuas hingga bagian
barat Sungai Barito; dan Pongo pygmaeus morio, diperkirakan secara total
populasi liarnya di alam hanya 45.000 hingga 69.000. Di Borneo,
orangutan dapat ditemukan di Sabah, Sarawak, dan hampir seluruh hutan
dataran rendah Kalimantan, kecuali Kalimantan Selatan dan Brunei
Darussalam.
Makanan
Meskipun orang utan termasuk hewan omnivora, sebagian besar dari
mereka hanya memakan tumbuhan. Makanan kesukaan orang utan adalah
buah-buahan. Makanan lainnya a.l.:
· Daun-daunan
· Biji-bijian
· Kulit kayu
· Tunas tanaman (yang lunak)
· Bunga-bungaan
Selain itu mereka juga memakan serangga dan hewan-hewan kecil lainnya (seperti burung dan mamalia kecil).
Orang utan bahkan tidak perlu meninggalkan pohon mereka jika ingin
minum. Mereka biasanya meminum air yang telah terkumpul di lubang-lubang
di antara cabang pohon..
Perkembang biakan
Orang utan betina biasanya melahirkan pada usia 7-10 tahun dengan
lama kandungan berkisar antara 8,5 hingga 9 bulan; hampir sama dengan
manusia. Jumlah bayi yang dilahirkan seorang betina biasanya hanya satu.
Bayi orang utan dapat hidup mandiri pada usia 6-7 tahun.
MONYET PEMAKAN KEPITING
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Primata
Familia : Cercopithecidae
Genus : Macaca
Spesies : Macaca fascicularis
Monyet pemakan kepiting (Macaca fascicularis) adalah kera asli Asia
Tenggara. Spesies ini juga disebut Monyet Cynomolgus dan Monyet
berekor-panjang. Macaca fascicularis digunakan untuk eksperimen medis.
SURILI JAWA
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Primata
Familia : Cercopithecidae
Genus : Presbytis
Spesies : Presbytis comata
Surili Jawa (Presbytis comata) adalah spesies monyet Dunia Baru terancam yang endemik pada sebagian pulau Jawa, Indonesia.
Terdapat dua subspesies Surili Jawa:
· Presbytis comata comata – ada di Jawa Barat
· Presbytis comata fredericae – ada di Jawa Tengah
BEKANTAN
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Primata
Familia : Cercopithecidae
Genus : Nasalis
Spesies : Nasalis larvatus
Bekantan atau dalam nama ilmiahnya Nasalis larvatus adalah sejenis
kera berhidung panjang dengan rambut berwarna coklat kemerahan dan
merupakan satu dari dua spesies dalam genus tunggal kera Nasalis.
Ciri-ciri utama yang membedakan bekantan dari kera lainnya adalah
hidung panjang dan besar yang hanya ditemukan di spesies jantan. Fungsi
dari hidung besar pada bekantan jantan masih tidak jelas, namun ini
mungkin disebabkan oleh seleksi alam. Kera betina lebih memilih jantan
dengan hidung besar sebagai pasangannya. Karena hidungnya inilah,
bekantan dikenal juga sebagai monyet Belanda. Dalam bahasa Brunei (kxd)
disebut bangkatan.
Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat
mencapai 75cm dengan berat mencapai 24kg. Kera betina berukuran 60cm
dengan berat 12kg. Spesies ini juga memiliki perut yang besar, sebagai
hasil dari kebiasaan mengkonsumsi makanannya. Selain buah-buahan dan
biji-bijian, bekantan memakan aneka daun-daunan, yang menghasilkan
banyak gas pada waktu dicerna. Ini mengakibatkan efek samping yang
membuat perut bekantan jadi membuncit.
Bekantan tersebar dan endemik di hutan bakau, rawa dan hutan pantai
di pulau Kalimantan. Spesies ini menghabiskan sebagian waktunya di atas
pohon dan hidup dalam kelompok-kelompok yang berjumlah antara 10 sampai
32 kera. Bekantan juga dapat berenang dengan baik, terkadang terlihat
berenang dari satu pulau ke pulau lain.
Bekantan merupakan maskot fauna provinsi Kalimantan Selatan.
Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang
terus berlanjut, serta sangat terbatasnya daerah dan populasi
habitatnya, bekantan dievaluasikan sebagai Terancam Punah di dalam IUCN
Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix I.
MONYET EKOR PANJANG
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Primata
Familia : Cercopithecidae
Genus : Macaca
Spesies : Macaca fascicularis
Kera ekor panjang (Macaca fascicularis) mempunyai panjang tubuh 38-76
cm, panjang ekor 61 cm dengan berat badan sampai 6 kg. Tubuhnya tampak
kokoh yang tertutup mantel rambut berwarna coklat kemerah-merahan di
bagian bawah nampak lebih muda dan muka menonjol dengan wama
keputih-putihan. Wama mantel rambut kera ini yang hidup di pedalaman
hutan lebih gelap dari pada yang hidup dipantai. Anak kera ekor panjang
mantel rambut berwama hitam dengan rambut muka dan telinga nampak
cemerlang, warna rambut inl akan berubah setelah berumur 1 tahun.
Anggota badan dapat difungsikan sebagal tangan dan sebagai kaki.
Jari-jari kaki dan tangan masing-masing berjumlah 5 biji dan sangat
mudah digerakkan. Pergerakan satwa ini jika berada di pohon menggunakan
jari- jarinya, namun jika di atas tanah akan menggunakan telapak kaki
dan tangannya ke tanah. Macaca juga dapat memanjat sambil melompat
sejauh 5 meter. Jenis monyet ini juga dapat berenang dengan baik.
Kera ekor panjang hidup berkelompok, jumlah kelompok biasanya terdiri
dari 10-20 ekor di hutan bakau, 20-30 ekor di hutan primer, 30-50 ekor
di hutan sekunder, dengan komposisi komplit ada induk jantan dan betina
beserta anak-anaknya. Besar kecilnya kelompok ditentukan oleh ada
tidaknya pemangsa dan sumber pakan di alam. Pergerakan dilakukan untuk
mendapatkan pakan di dalam melangsungkan hidupnya. Luas daerah jelajah
50 hingga 100 ha untuk satu kelompok. Luas daerah jelajah sangat erat
hubungannya dengan sumber pakan.
Monyet ini memiliki alat kelamin menonjol, yang jantan kantong zakar
besar. Masa kawin pada setiap siklus, kawinnya beramai-ramai, seekor
pejantan kawin dengan beberapa ekor betina dan seekor betina kawin
dengan beberapa ekor pejantan. Masa bunting selama 116 hari.
Monyet ekor panjang mampu hidup dalam berbagai kondisi dari hutan
bakau di pantai, dataran rendah sampai pegunungan dengan keting- gian
2000 mdpl. Monyet ini dapat ditemukan di mana-mana, menjadi hama bagi
penduduk, merusak padi, jagung dan tanaman buah-buahan.
Dalam mencari makan monyet ekor panjang selalu merubah daerah
jelajahnya, tergantung pada keterse diaan makanan. Makanannya daun,
buah, biji, dan bunga. Selain itu juga makan serangga, telur anak
burung, kepiting, udang, kerang dll.
LUTUNG BUDENG
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Primates
Familia: Cercopithecidae
Genus : Trachypithecus
Spesies: Trachypithecus auratus
Lutung Budeng atau dalam nama ilmiahnya Trachypithecus auratus adalah
sejenis lutung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 55cm. Lutung
Budeng memiliki rambut tubuh berwarna hitam. Dan seperti jenis lutung
lainnya, lutung ini memiliki ekor yang panjang, sekitar 87cm.
Jantan dan betina biasanya berwarna hitam, namun betina memiliki
warna putih kekuningan di sekitar kelaminnya. Lutung muda memiliki
rambut tubuh berwarna oranye. Ada dua subspesies dari Lutung Budeng,
yang dibedakan dari daerah sebarannya. Subspesies utama, T. a. auratus
memiliki ras yang langka, di mana lutung dewasa memiliki warna rambut
seperti lutung muda yang berwarna oranye, namun warnanya lebih gelap
sedikit dengan ujung kuning.
Endemik Indonesia, Lutung Budeng tersebar dan ditemukan di dalam hutan hujan tropis pulau Jawa, Bali, Kalimantan dan Sumatra.
Lutung Budeng adalah hewan diurnal, yang lebih aktif pada waktu siang
hari di atas pepohonan. Makanan pokoknya terdiri dari tumbuh-tumbuhan.
Memakan dedaunan, buah-buahan dan bunga. Spesies ini juga memakan larva
serangga.
Lutung Budeng hidup berkelompok, yang dalam satu kelompoknya terdiri
dari sekitar tujuh ekor lutung, termasuk satu atau dua ekor lutung
jantan dewasa. Lutung betina biasanya hanya mempunyai satu anak setiap
melahirkan dan saling bantu membesarkan anak-anak lutung. Namun lutung
betina juga bersifat sangat agresif terhadap lutung betina dari kelompok
lain.
Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang
terus berlanjut, serta populasi lutung yang terus menyusut, Lutung
Budeng dievaluasikan sebagai terancam punah di dalam IUCN Red List.
KERA
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Primata
Familia: Hylobatidae
Genus : Hylobates
Species: Hylobathes agilis
Kera adalah anggota superfamilia Hominoidea dari ordo Primata. Dalam sistem taksonomi saat ini ada dua familia hominoid:
· familia Hylobatidae terdiri dari 4 genus dan 12 spesies gibbon, termasuk Lar Gibbon dan Siamang
· familia Hominidae terdiri dari orangutan, gorilla, simpanse, dan manusia
Banyak spesies kera saat ini memiliki status terancam karena
hilangnya habitat mereka di hutan hujan tropis dan perburuan. Saat ini
ada 8 genus hominoid yang belum punah.
II. ORDO KARNIVORA
MUSANG LUWAK
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Carnivora
Familia : Viverridae
Genus : Paradoxurus
Spesies
:P.hermaphroditus
Musang luwak adalah hewan menyusu (mamalia) yang termasuk suku musang
dan garangan (Viverridae). Nama ilmiahnya adalah Paradoxurus
hermaphroditus. Hewan ini juga dipanggil dengan berbagai sebutan lain
seperti musang (nama umum, Betawi), careuh (Sunda), luak atau luwak
(Jawa), serta common palm civet, common musang, house musang atau toddy
cat dalam bahasa Inggris.
Ciri Morfologi
Musang bertubuh sedang, dengan panjang total sekitar 90 cm (termasuk
ekor, sekitar 40 cm atau kurang). Abu-abu kecoklatan dengan ekor
hitam-coklat mulus.
Sisi atas tubuh abu-abu kecoklatan, dengan variasi dari warna
tengguli (coklat merah tua) sampai kehijauan. Jalur di punggung lebih
gelap, biasanya berupa tiga atau lima garis gelap yang tidak begitu
jelas dan terputus-putus, atau membentuk deretan bintik-bintik besar.
Sisi samping dan bagian perut lebih pucat. Terdapat beberapa bintik
samar di sebelah menyebelah tubuhnya.
Wajah, kaki dan ekor coklat gelap sampai hitam. Dahi dan sisi samping
wajah hingga di bawah telinga berwarna keputih-putihan, seperti
beruban. Satu garis hitam samar-samar lewat di tengah dahi, dari arah
hidung ke atas kepala.
Hewan betina memiliki tiga pasang puting susu.
Kebiasaan
Musang luwak adalah salah satu jenis mamalia liar yang kerap ditemui
di sekitar pemukiman dan bahkan perkotaan. Hewan ini amat pandai
memanjat dan bersifat arboreal, lebih kerap berkeliaran di atas
pepohonan, meskipun tidak segan pula untuk turun ke tanah. Musang juga
bersifat nokturnal, aktif di malam hari untuk mencari makanan dan
lain-lain aktifitas hidupnya.
Musang luwak, menurut lukisan dalam buku William Marsden (1811), The History of Sumatra.
Jenis yang berkerabat dan penyebaran
Ada empat spesies musang dari marga Paradoxurus, yalah:
1.Paradoxurus hermaphroditus, musang luwak, yang menyebar luas mulai
dari India dan bagian utara Pakistan di barat, Sri Lanka, Bangladesh,
Burma, Asia Tenggara, Tiongkok selatan, Semenanjung Malaya hingga ke
Filipina. Di Indonesia didapati di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Nusa
Tenggara, Sulawesi bagian selatan, serta Taliabu dan Seram di Maluku.
2.Paradoxurus zeylonensis, menyebar terbatas di Sri Lanka.
3.Paradoxurus jerdoni, menyebar terbatas di negara bagian Kerala, India selatan.
4.Paradoxurus lignicolor, menyebar terbatas di Kepulauan Mentawai.
Jenis yang serupa
· Musang akar (Arctogalidia trivirgata), dengan ekor yang umumnya
lebih panjang dari kepala dan tubuhnya, tiga garis punggung yang tanpa
atau hampir tidak terputus, dan tidak memiliki bintik-bintik di sisi
tubuhnya. Musang akar hidup di hutan.
· Musang galing (Paguma larvata), biasanya lebih kemerahan
(tengguli), tanpa bintik-bintik di sisi tubuh, wajah putih kekuningan
dengan ‘topeng’ gelap kehitaman di sekitar mata.
· Musang rase (Viverricula indica), ekor berbelang-belang sempurna, hitam putih, 6-9 buah.
MACAN DAHAN
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas Mammalia
Ordo : Carnivora
Familia : Felidae
Genus : Neofelis
Spesies : Neofelis nebulosa
Macan dahan atau dalam nama ilmiahnya Neofelis nebulosa adalah
sejenis kucing berukuran sedang, dengan panjang tubuh mencapai 95cm.
Spesies ini pada umumnya memiliki bulu berwarna kelabu kecoklatan dengan
gambaran seperti awan dan bintik hitam di tubuhnya. Bintik hitam
dikepalanya berukuran lebih kecil dan terdapat totol putih di belakang
kuping. Macan dahan mempunyai kaki pendek dengan telapak kaki besar
serta ekor panjang dengan garis dan bintik hitam. Macan dahan betina
serupa.
Daerah sebaran macan dahan adalah Asia Tenggara, di hutan dataran
rendah dan pegunungan di Republik Rakyat Cina, Indocina, Semenanjung
Melayu, India, Pulau Kalimantan dan Sumatra. Spesies ini telah punah di
alam bebas di Republik Cina.
Macan dahan adalah hewan nokturnal yang aktif berburu di malam hari.
Hewan ini banyak menghabiskan waktunya di atas pohon dan dapat bergerak
dengan lincah di antara pepohonan.
Mangsa macan fahan terdiri dari aneka satwa liar berbagai ukuran
seperti kera, ular, mamalia kecil, burung, rusa dan bekantan. Macan
fahan menggunakan lidahnya untuk membersihkan bulu-bulu sebelum memakan
mangsanya.
Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan, populasi yang terus
menyusut dan penangkapan liar yang terus berlanjut untuk di ambil
bulunya, konsumsi dan obat-obatan tradisional di beberapa negara, macan
dahan dievaluasikan sebagai rentan di dalam IUCN Red List. Spesies ini
didaftarkan dalam CITES Appendix I.
CHEETAH
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Carnivora
Familia : Felidae
Genus : Acinonyx
Spesies : Acinonyx jubatus
Cheetah atau citah (dari bahasa Sansekerta Chitraka berarti
“berbintik”) (Acinonyx jubatus) adalah anggota keluarga kucing (Felidae)
yang berburu mangsa dengan menggunakan kecepatan dan bukan taktik
mengendap-endap atau bergerombol. Hewan ini adalah hewan yang tercepat
di antara hewan darat dan dapat mencapai kecepatan 110 km/h dalam waktu
singkat sampai 460 m, dengan akselerasi 0 – 100 km/h dalam waktu 3,5
detik, lebih cepat dari beberapa supercar.
MACAN TUTUL
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Carnivora
Familia : Felidae
Genus : Panthera
Spesies : Panthera pardus
Macan Tutul atau dalam nama ilmiahnya Panthera pardus adalah salah
satu dari empat kucing besar. Hewan ini dikenal juga dengan sebutan
harimau dahan. Pada mulanya, banyak orang berpikiran bahwa Macan Tutul
adalah hibrida dari Singa dan Harimau. Macan tutul Jawa (P. p.
sondaicus) adalah fauna identitas Jawa Barat dan bersama-sama macan
tutul kumbang (P. p. melas) adalah jenis terancam punah di Indonesia.
Macan Tutul berukuran besar, dengan panjang tubuh antara satu sampai
dua meter. Spesies ini pada umumnya memiliki bulu berwarna kuning
kecoklatan dengan bintik-bintik berwarna hitam. Bintik hitam dikepalanya
berukuran lebih kecil. Macan Tutul betina serupa, dan berukuran lebih
kecil dari jantan.
Daerah sebaran Macan Tutul adalah di benua Asia dan Afrika. Spesies
ini mempunyai lebih dari 30 subspesies yang ditemukan di segala macam
habitat, mulai dari hutan tropis, gurun, savanah, pegunungan dan daerah
pemukiman.
Macan Tutul adalah hewan penyendiri, yang saling menghindari satu
sama lain. Spesies ini lebih aktif di malam hari. Karena tingkat
kematian anak yang tinggi, betina biasanya mempunyai satu sampai dua
anak, yang tinggal bersama induknya sampai macan muda berumur sekitar
antara satu setengah sampai dua tahun.
Macan Tutul merupakan pemburu oportunitis, yang menggunakan segala
kesempatan untuk mendapatkan mangsanya. Mereka memakan hampir segala
mangsa dari berbagai ukuran. Mangsa utamanya terdiri dari aneka hewan
menyusui, binatang pengerat, ikan, burung, monyet dan binatang-binatang
lain yang terdapat disekitar habitatnya.
Pada umumnya, Macan Tutul menghindari manusia. Namun macan yang
kurang sehat, kelaparan atau terluka sehingga tidak dapat berburu mangsa
yang biasa, dapat memangsa manusia. Ada peristiwa mengenai seekor Macan
Tutul jantan di Rudraprayag memangsa lebih dari 125 jiwa, dan seekor
Macan Tutul betina yang disebut “Macan Tutul Panar” memangsa lebih dari
400 jiwa pada awal abad ke-20 di India.
Beberapa subspesies dari Macan Tutul seperti Macan Kumbang dari
Indonesia terancam punah, namun secara umum Macan Tutul dievaluasikan
sebagai Beresiko Rendah di dalam IUCN Red List.
HARIMAU
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Carnivora
Familia : Felidae
Genus : Panthera
Spesies : Panthera tigris
Harimau atau macan tergolong dalam kerajaan hewan dalam filum kordata
(mempunyai saraf tulang belakang), sub-filum vertebrata (bertulang
belakang), kelas mamalia (berdarah panas, berbulu dengan kelenjar susu),
pemakan daging (karnivora), keluarga felidae (kucing), genus panthera,
spesies tigris (harimau).
Harimau biasanya memburu mangsa yang agak besar seperti rusa sambar,
kijang, babi, kijang, kancil, tetapi akan memburu hewan kecil seperti
landak apabila mangsa yang agak besar itu tidak ada.
Fisik
Harimau dikenal sebagai kucing terbesar, harimau pada dasarnya mirip
dengan singa ukurannya, walaupun sedikit lebih berat. Beda subspesies
harimau memiliki karakteristik yang berbeda juga, pada umumnya harimau
jantan memiliki berat antara 180 dan 320 kg dan betina berbobot antara
120 dan 180 kg. Panjang jantan antara 2,6 dan 3,3 meter, sedangkan
betina antara 2,3 dan 2,75 meter. Di antara subspesies yang masih hidup,
Harimau Sumatra adalah yang paling kecil dan Harimau Siberia yang
paling besar.
Loreng pada kebanyakan harimau bervariasi dari coklat ke hitam.
Bentuk dan kepadatan lorengnya berbeda-beda subspesies satu dengan yang
lain, tapi hampir semua harimau memiliki lebih dari 100 loreng. Harimau
Jawa yang sekarang sudah punah kemungkinan memiliki loreng yang lebih
banyak lagi. Pola loreng unik setiap harimau, dan dapat digunakan untuk
membedakan satu sama lain, mirip dengan fungsi cap jari yang digunakan
untuk mengindentifikasi orang. Ini bukan, bagaimanapun juga, metode
pengidentifikasian yang disarankan, terkait kesulitan untuk merekam pola
loreng pada harimau liar. Sepertinya fungsi loreng adalah untuk
kamuflase, untuk menyembunyikan mereka dari mangsanya.
Subspesies yang masih hidup
· Harimau Indochina (Panthera tigris corbetti) – yang terdapat di
kawasan hutan hujan dan padang rumput Malaysia, Kamboja, Republik Rakyat
Cina, Laos, Myanmar, Thailand, dan Vietnam.
· Harimau Bengal (Panthera tigris tigris) – yang terdapat di kawasan
hutan hujan dan padang rumput Bangladesh, Bhutan, Republik Rakyat Cina,
India, dan Nepal.
· Harimau Tiongkok Selatan (Panthera tigris amoyensis) – yang tinggal
di kawasan hutan hujan dan padang rumput tengah dan barat Republik
Rakyat Cina.
· Harimau Siberia (Panthera tigris altaica) – atau juga dikenal
sebagai Amur, Ussuri, Harimau Timur Laut China, atau harimau Manchuria.
Harimau Siberia tinggal di kawasan hutan hujan dan padang rumput China,
Korea Utara, dan Asia Tengah di Russia.
· Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) – yang tinggal hanya di kepulauan Sumatera.
· Harimau Malaya (Panthera tigris jacksoni) – yang tinggal hanya di Semenanjung Malaysia.
Subspesies yang sudah punah
· Harimau Caspian (Panthera tigris virgata) – yang telah punah
sekitar 1950an. Harimau Caspian ini pernah berkeliaran di kawasan hutan
hujan dan padang rumput Afganistan, Iran, Mongolia, Turki, dan kawasan
Asia tengah Russia.
Harimau Jawa yang punah tahun 1972.
Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) – yang telah punah sekitar 1972.
Harimau Jawa pernah berkeliaran di kawasan hutan hujan pulau Jawa,
Indonesia.
· Harimau Bali (Panthera tigris balica) – yang telah punah sekitar
1937. Harimau Bali pernah berkeliaran di kawasan hutan hujan kepulauan
Bali, Indonesia.
PUMA
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Carnivora
Familia : Felidae
Genus : Felis
Spesies : Felis concolor
Puma termasuk dalam family felidae. Bentuk nya seperti kucing yang memiliki ukuran yang lebih besar
SINGA
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Carnivora
Familia : Felidae
Genus : Panthera
Spesies : Panthera leo
Singa (Sansekerta: Siṃha) atau dalam nama ilmiahnya Panthera leo
adalah seekor hewan dari keluarga felidae atau genus kucing. Singa
merupakan hewan yang hidup dalam kelompok. Biasanya terdiri dari seekor
jantan dan banyak betina. Kelompok ini lantas menjaga daerah
kekuasaannya. Berat Singa kurang lebih antara 150 kg (betina) dan 225kg
(jantan). Umurnya antara 10 sampai 15 tahun di hutan. Tetapi jika
dipelihara bisa sampai 20 tahun.
Singa betina jauh lebih aktif dalam berburu, sedangkan Singa jantan
lebih santai dan selalu bersikap menunggu dan meminta jatah dari hasil
buruan para betinanya.
Singa jantan dipercaya lebih unggul dan perkasa dibandingkan dengan
kucing-kucing besar lainnya, karena singa mampu memanjat pohon,
sedangkan Harimau tidak.
Singa jantan di tumbuhi bulu tebal disekitar tengkuknya, hal ini
lebih menguntungkan untuk melindungi tengkuknya, terutama dalam
perkelahian bebas antara kucing besar, yang terkenal dengan selalu
menerkam tengkuk untuk melumpuhkan musuhnya.
Kucing besar lainnya, seperti Cheetah dan Macan Tutul memiliki ukuran tubuh jauh lebih kecil dibanding Singa.
Habitat
Dahulu, Singa hidup di seluruh Afrika, Timur Tengah dan anak benua
India. Tetapi sekarang habitatnya hanya di sebagian kecil anak benua
India dan Afrika. Itu terjadi karena perburuan liar yang ingin mengambil
kulitnya.
AJAG
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Karnivora
Familia : Canidae
Genus : Cuon
Spesies : Cuon alpinus
Ajak atau ajag (Cuon alpinus) adalah anjing hutan yang hidup di Asia,
terutama di wilayah selatan dan timur. Ajak tidak sama dengan serigala.
Ajak merupakan anjing asli Nusantara, terdapat di pulau Sumatra dan
Jawa, mendiami terutama kawasa pegunungan dan hutan. Anjing kampung dan
yang lainnya yang biasa dijadikan peliharaan di Indonesia, sebenarnya
merupakan anjing impor yang berasal dari daerah lain. Ajak berperawakan
sedang, berwarna coklat kemerahan. Di bagian bawah dagu, leher, hingga
ujung perut berwarna putih, sedangkan ekornya tebal kehitaman.
Ajak biasa hidup bergerombol dalam lima hingga dua belas ekor,
tergantung lingkungannya. Namun demikian, pada keadaan tertentu, ajak
dapat hidup soliter (menyendiri), seperti yang ditemukan di Taman
Nasional Gunung Leuser.
BINTURUNG
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas Mammalia
Ordo : Carnivora
Familia : Viverridae
Genus : Arctictis
Spesies : Arctictis binturong
Binturung (Arctictis binturong) adalah sejenis musang bertubuh besar,
anggota suku Viverridae. Beberapa dialek Melayu menyebutnya binturong,
menturung atau menturun. Dalam bahasa Inggris, hewan ini disebut
Binturong, Malay Civet Cat, Asian Bearcat, Palawan Bearcat, atau secara
ringkas Bearcat. Barangkali karena karnivora berbulu hitam lebat ini
bertampang mirip beruang yang berekor panjang, sementara juga berkumis
lebat dan panjang seperti kucing (bear: beruang; cat: kucing).
Musang yang berekor besar panjang dan bertubuh besar. Panjang kepala
dan tubuh antara 60 – 95 cm, ditambah ekornya antara 50 – 90 cm.
Beratnya sekitar 6 – 14 kg, bahkan sampai 20 kg.
Berambut panjang dan kasar, berwarna hitam seluruhnya atau
kecoklatan, dengan taburan uban keputih-putihan atau kemerahan. Pada
masing-masing ujung telinga terdapat seberkas rambut yang memanjang.
Ekor berambut lebat dan panjang, terutama di bagian mendekati pangkal,
sehingga terkesan gemuk. Ekor ini dapat digunakan untuk berpegangan pada
dahan (prehensile tail), sebagai ‘kaki kelima’.
Binturung betina memiliki pseudo-penis alias penis palsu, suatu organ
khas yang langka ditemui. (Stinner, Mindy. The Binturong Information
Sheet [1]).
Kebiasaan dan Penyebaran
Sebagaimana umumnya musang, binturung terutama aktif di malam hari.
Di atas pepohonan (arboreal) atau juga turun ke tanah (terestrial).
Kadang-kadang ada juga yang bangun dan aktif di siang hari.
Meski termasuk bangsa Carnivora, yang artinya pemakan daging atau
pemangsa, makanan binturung terutama adalah buah-buahan masak di hutan,
misalnya jenis-jenis ara (Ficus spp.). Hewan ini juga memakan pucuk dan
daun-daun tumbuhan, telur, dan hewan-hewan kecil semisal burung dan
hewan pengerat.
Pandai memanjat dan melompat dari dahan ke dahan, binturung biasanya
bergerak tanpa tergesa-gesa di atas pohon. Ekornya digunakan untuk
keseimbangan, atau terkadang berpegangan manakala sedang meraih
makanannya di ujung rerantingan. Cakarnya berkuku tajam dan melengkung,
memungkinkannya untuk mencengkeram pepagan dengan kuat. Kaki belakangnya
dapat diputar ke belakang untuk memegang batang pohon, sehingga
binturung dapat turun dengan cepat dengan kepala lebih dulu.
Binturung mengeluarkan semacam bau, seperti umumnya musang, dari
kelenjar di bawah pangkal ekornya. Bau ini digunakan untuk menandai
wilayah kekuasaannya. Hewan betina melahirkan 2-6 anak, setelah
mengandung selama kurang lebih 91 hari.
Binturung menyukai hutan-hutan primer dan sekunder, hanya kadang-kadang saja ditemukan di kebun di tepi hutan.
Hewan ini menyebar luas mulai dari dataran tinggi Sikkim hingga ke
Tiongkok selatan, Burma, Indochina, Semenanjung Malaya, Sumatra, Jawa,
Kalimantan dan Palawan.
BERUANG COKLAT
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Carnivora
Familia : Ursidae
Genus : Ursus
Spesies : Ursus arctos
Beruang coklat adalah salah satu jenis beruang. Beruang coklat bisa
berbobot 130–700 kg (300–1500 pon). Ada beberapa subspesies beruang
coklat, antara lain: Beruang coklat Syria, Beruang coklat Kodiak,
Beruang coklat Alaska, Beruang Grizzly dan Beruang coklat Meksiko.
BERUANG
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Carnivora
Familia : Ursidae
Genus : Helarctos
Species : Helarctos sp
Beruang adalah mamalia besar dari ordo Carnivora, famili Ursidae.
Fisik
Beruang memiliki ekor kecil, indra penciuman dan pendengaran yang
ulung, lima kuku per telapak tangan yang tak dapat ditarik masuk, serta
bulu yang panjang, lebat dan kasar. Mereka memiliki cakar yang lebar,
moncong yang panjang, dan telinga bundar. Giginya digunakan untuk
bertahan dan alat dan tergantung pada makanannya. Kuku-kukunya digunakan
untuk menyobek, menggali, dan menangkap. Pengelihatan beruang hampir
sama dengan pengelihatan manusia. Beruang hitam dan sejenisnya, tidak
buta warna , yang memungkinkan mereka membedakan.
Tergantung pada spesiesnya, beruang dapat memiliki 32 hingga 42 gigi. Gigi beruang tidak dikhususkan untuk membunuh mangsa
mereka.Gigi
taring beruang relatif kecil dan umumnya digunakan untuk pertahanan
diri atau alat. Gigi geraham beruang lebar, datar dan digunakan untuk
memotong dan menggiling tumbuhan menjadi potongan lebih kecil yang dapat
dicerna.
Beruang memiliki empat cakar. Setiap cakar dilengkapi lima kuku yang
tajam dan panjang. Kuku tersebut dapat digunakan untuk memanjat pohon,
menyobek sarang rayap dan sarang lebah, menggali akar, atau menangkap
mangsa, tergantung pada spesiesnya. jangan meremehkan beruang, dapat
berlari mencapai kecepatan 50 km/jam (30 mph). Beruang juga dapat
bergerak dengan fleksibel dan lincah.
Bulu beruang panjang dan kasar. Warna bulu bervariasi tergantung pada
spesiesnya. Ada yang berwarna putih, blonde atau krem, hitam dan putih,
sampai hitam semua atau coklat semua. Warna bulu beruang juga
bervariasi walaupun mereka satu spesies. Sebagai contoh, Beruang Amerika
hitam mungkin saja berbulu hitam, coklat, coklat kemerahan, atau hitam
kebiruan. Beberapa spesies, seperti sun bear dan spectacled bear
memiliki dada yang berwarna cerah dengan facial markings.
Pada semua spesies beruang, jantan lebih besar daripada betina.
Perbedaan antar jenis kelamin ini, semakin besar pada spesies yang lebih
besar. Beruang kutub jantan berbobot dua kali lebih besar daripada
betinanya, sedangkan jantan spesies beruang yang lebih kecil berbobot
hampir sama dengan betinanya. Beruang dapat hidup sekitar 25 tahun
hingga 40 tahun. Beruang yang hidup di hutan, lebih cepat mati daripada
mereka yang hidup di kebun binatang.
Ada banyak macam beruang yang berbeda seperti beruang kutub, beruang coklat, beruang hitam, panda, dsb.
III. ORDO PERISSODACTYLA
BADAK JAWA
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Perissodactyla
Familia : Rhinocerotidae
Genus : Rhinoceros
Spesies : R. sondaicus
Badak Jawa atau Badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus)
adalah anggota famili Rhinocerotidae dan satu dari lima badak yang masih
ada. Badak ini masuk ke genus yang sama dengan badak India dan memiliki
kulit bermosaik yang menyerupai baju baja. Badak ini memiliki panjang
3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini lebih kecil daripada badak
India dan lebih dekat dalam besar tubuh dengan badak Hitam. Ukuran
culanya biasanya lebih sedikit daripada 20 cm, lebih kecil daripada cula
spesies badak lainnya.
Badak ini pernah menjadi salah satu badak di Asia yang paling banyak
menyebar. Meski disebut “Badak Jawa”, binatang ini tidak terbatas hidup
di pulau Jawa saja, tapi di seluruh Nusantara, sepanjang Asia Tenggara
dan di India serta Tiongkok. Spesies ini kini statusnya sangat kritis,
dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di alam bebas, dan tidak
ada di kebun binatang. Badak ini kemungkinan adalah mamalia terlangka di
bumi.[4] Populasi 40-50 badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon di
pulau Jawa, Indonesia. Populasi badak Jawa di alam bebas lainnya berada
di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam dengan perkiraan populasi tidak
lebih dari delapan pada tahun 2007. Berkurangnya populasi badak Jawa
diakibatkan oleh perburuan untuk diambil culanya, yang sangat berharga
pada pengobatan tradisional Tiongkok, dengan harga sebesar $30.000 per
kilogram di pasar gelap. Berkurangnya populasi badak ini juga disebabkan
oleh kehilangan habitat, yang terutama diakibatkan oleh perang, seperti
perang Vietnam di Asia Tenggara juga menyebabkan berkurangnya populasi
badak Jawa dan menghalangi pemulihan. Tempat yang tersisa hanya berada
di dua daerah yang dilindungi, tetapi badak Jawa masih berada pada
resiko diburu, peka terhadap penyakit dan menciutnya keragaman genetik
menyebabkannya terganggu dalam berkembangbiak. WWF Indonesia
mengusahakan untuk mengembangkan kedua bagi badak Jawa karena jika
terjadi serangan penyakit atau bencana alam seperti tsunami, letusan
gunung berapi Krakatau dan gempa bumi, populasi badak jawa akan langsung
punah Selain itu, karena invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan
banteng untuk ruang dan sumber, maka populasinya semakin terdesak.[6]
Kawasan yang diidentifikasikan aman dan relatif dekat adalah Taman
Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat yang pernah menjadi habitat
badak Jawa.[6]
Badak Jawa dapat hidup selama 30-45 tahun di alam bebas. Badak ini
hidup di hutan hujan dataran rendah, padang rumput basah dan daerah
daratan banjir besar. Badak Jawa kebanyakan bersifat tenang, kecuali
untuk masa kenal-mengenal dan membesarkan anak, walaupun suatu kelompok
terkadang dapat berkumpul di dekat kubangan dan tempat mendapatkan
mineral. Badak dewasa tidak memiliki hewan pemangsa sebagai musuh. Badak
Jawa biasanya menghindari manusia, tetapi akan menyerang manusia jika
merasa diganggu. Peneliti dan pelindung alam jarang meneliti binatang
itu secara langsung karena kelangkaan mereka dan adanya bahaya
mengganggu sebuah spesies terancam. Peneliti menggunakan kamera dan
sampel kotoran untuk mengukur kesehatan dan tingkah laku mereka. Badak
Jawa lebih sedikit dipelajari daripada spesies badak lainnya.
Terdapat tiga subspesies, yang hanya dua subspesies yang masih ada, sementara satu subspesies telah punah:
· Rhinoceros sondaicus sondaicus, tipe subspesies yang diketahui
sebagai badak Jawa Indonesia’ yang pernah hidup di pulau Jawa dan
Sumatra. Kini populasinya hanya sekitar 40-50 di Taman Nasional Ujung
Kulon yang terletak di ujung barat pulau Jawa. Satu peneliti mengusulkan
bahwa badak Jawa di Sumatra masuk ke dalam subspesies yang berbeda,
R.s. Floweri, tetapi hal ini tidak diterima secara luas.[8][9]
· Rhinoceros sondaicus annamiticus, diketahui sebagai Badak Jawa
Vietnam atau Badak Vietnam, yang pernah hidup di sepanjang Vietnam,
Kamboja, Laos, Thailand dan Malaysia. Annamiticus berasal dari deretan
pegunungan Annam di Asia Tenggara, bagian dari tempat hidup spesies ini.
Kini populasinya diperkirakan lebih sedikit dari 12, hidup di hutan
daratan rendah di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam. Analisa genetika
memberi kesan bahwa dua subspesies yang masih ada memiliki leluhur yang
sama antara 300.000 dan 2 juta tahun yang lalu.[9][10]
· Rhinoceros sondaicus inermis, diketahui sebagai Badak Jawa India,
pernah hidup di Benggala sampai Burma (Myanmar), tetapi dianggap punah
pada dasawarsa awal tahun 1900-an. Inermis berarti tanpa cula, karena
karakteristik badak ini adalah cula kecil pada badak jantan, dan tak ada
cula pada betina. Spesimen spesies ini adalah betina yang tidak
memiliki cula. Situasi politik di Burma mencegah taksiran spesies ini di
negara itu, tetapi keselamatannya dianggap tak dapat
dipercaya.[11][12][13]
Deskripsi
Badak Jawa lebih kecil daripada sepupunya, badak India, dan memiliki
besar tubuh yang dekat dengan badak Hitam. Panjang tubuh badak Jawa
(termasuk kepalanya) dapat lebih dari 3,1–3,2 m dan mencapai tinggi
1,4–1,7 m. Badak dewasa dilaporkan memiliki massa antara 900 dan 2.300
kilogram. Penelitian untuk mengumpulkan pengukuran akurat badak Jawa
tidak pernah dilakukan dan bukan prioritas. Tidak terdapat perbedaan
besar antara jenis kelamin, tetapi badak Jawa betina ukuran tubuhnya
dapat lebih besar. Badak di Vietnam lebih kecil daripada di Jawa
berdasarkan penelitian bukti melalui foto dan pengukuran jejak kaki
mereka..[18]
Seperti sepupunya di India, badak Jawa memiliki satu cula (spesies
lain memiliki dua cula). Culanya adalah cula terkecil dari semua badak,
biasanya lebih sedikit dari 20 cm dengan yang terpanjang sepanjang 27
cm. Badak Jawa jarang menggunakan culanya untuk bertarung, tetapi
menggunakannya untuk memindahkan lumpur di kubangan, untuk menarik
tanaman agar dapat dimakan, dan membuka jalan melalui vegetasi tebal.
Badak Jawa memiliki bibir panjang, atas dan tinggi yang membantunya
mengambil makanan. Gigi serinya panjang dan tajam; ketika badak Jawa
bertempur, mereka menggunakan gigi ini. Di belakang gigi seri, enam gigi
geraham panjang digunakan untuk mengunyah tanaman kasar. Seperti semua
badak, badak Jawa memiliki penciuman dan pendengaran yang baik tetapi
memiliki pandangan mata yang buruk. Mereka diperkirakan hidup selama 30
sampai 45 tahun.[18]
Kulitnya yang sedikit berbulu, berwarna abu-abu atau abu-abu-coklat
membungkus pundak, punggung dan pantat. Kulitnya memiliki pola mosaik
alami yang menyebabkan badak memiliki perisai. Pembungkus leher badak
Jawa lebih kecil daripada badak India, tetapi tetap membentuk bentuk
pelana pada pundak. Karena resiko mengganggu spesies terancam, badak
Jawa dipelajari melalui sampel kotoran dan kamera. Mereka jarang
ditemui, diamati atau diukur secara langsung.[19]
Sifat
Badak Jawa adalah binatang tenang dengan pengecualian ketika mereka
berkembang biak dan apabila seekor inang mengasuh anaknya. Mereka
terkadang akan berkerumun pada kelompok kecil di tempat mencari mineral
dan kubangan lumpur. Berkubang di lumpur adalah sifat umum semua badak;
aktivitas itu membuat mereka dapat menjaga suhu tubuh dan membantu
mencegah penyakit dan parasit. Badak Jawa tidak menggali kubangan
lumpurnya sendiri dan lebih suka menggunakan kubangan binatang lainnya
atau lubang yang muncul secara alami, yang akan menggunakan culanya
untuk memperbesar. Tempat mencari mineral juga sangat penting karena
nutrisi untuk badak diterima dari garam. Wilayahi jantan lebih besar
dibandingkan betina dengan besar wilayah jantan 12–20 km² dan wilayah
betina yang diperkirakan 3–14 km². Wilayah jantan lebih besar daripada
wilayah wanita. Tidak diketahui apakah terdapat pertempuran
teritorial.[25]
Jantan menandai wilayah mereka dengan tumpukan kotoran dan percikan
urin. Goresan yang dibuat oleh kaki di tanah dan gulungan pohon muda
juga digunakan untuk komunikasi. Anggota spesies badak lainnya memiliki
kebiasaan khas membuang air besar pada tumpukan kotoran badak besar dan
lalu menggoreskan kaki belakangnya pada kotoran. Badak Sumatra dan Jawa
ketika buang air besar di tumpukan, tidak melakukan goresan. Adaptasi
sifat ini diketahui secara ekologi; di hutan hujan Jawa dan Sumatera,
metode ini mungkin tidak berguna untuk menyebar bau.[25]
Badak Jawa memiliki lebih sedikit suara daripada badak Sumatra;
sangat sedikit suara badak Jawa yang diketahui. Badak Jawa dewasa tidak
memiliki musuh alami selain manusia. Spesies ini, terutama sekali di
Vietnam, adalah spesies yang melarikan diri ke hutan ketika manusia
mendekat sehingga sulit untuk meneliti badak.[5] Ketika manusia terlalu
dekat dengan badak Jawa, badak itu akan menjadi agresif dan akan
menyerang, menikam dengan gigi serinya di rahang bawah sementara menikam
keatas dengan kepalanya.[25] Sifat anti-sosialnya mungkin merupakan
adaptasi tekanan populasi; bukti sejarah mengusulkan bahwa spesies ini
pernah lebih berkelompok.[9]
Makanan
Badak Jawa adalah hewan herbivora dan makan bermacam-macam spesies
tanaman, terutama tunas, ranting, daun-daunan muda dan buah yang jatuh.
Kebanyakan tumbuhan disukai oleh spesies ini tumbuh di daerah yang
terkena sinar matahari: pada pembukaan hutan, semak-semak dan tipe
vegetasi lainnya tanpa pohon besar. Badak menjatuhkan pohon muda untuk
mencapai makanannya dan mengambilnya dengan bibir atasnya yang dapat
memegang. Badak Jawa adalah pemakan yang paling dapat beradaptasi dari
semua spesies badak. Badak diperkirakan makan 50 kg makanan per hari.
Seperti badak Sumatra, badak ini memerlukan garam untuk makanannya.
Tempat mencari mineral umum tidak ada di Ujung Kulon, tetapi badak Jawa
terlihat minum air laut untuk nutrisi sama yang dibutuhkan.
Reproduksi
Sifat seksual badak Jawa sulit dipelajari karena spesies ini jarang
diamati secara langsung dan tidak ada kebun binatang yang memiliki
spesimennya. Betina mencapai kematangan seksual pada usia 3-4 tahun
sementara kematangan seksual jantan pada umur 6. Kemungkinan untuk hamil
diperkirakan muncul pada periode 16-19 bulan. Interval kelahiran
spesies ini 4–5 tahun dan anaknya membuat berhenti pada waktu sekitar 2
tahun. Empat spesies badak lainnya memiliki sifat pasangan yang
mirip.[25]
IV. ORDO UNGULATA
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Perissodactyla
Familia : Equidae
Genus : Equus
Spesies : equus quagga
Ungulata (artinya kurang lebih “hewan berkuku” atau “hewan berkikil”)
adalah beberapa kelompok mamalia yang menggunakan ujung kuku mereka
untuk menahan berat badannya sewaktu bergerak. Kelompok ini terdiri dari
beberapa ordo yang enam sampai delapan di antaranya masih dijumpai
sampai sekarang. Perissodactyla (hewan berkuku ganjil seperti kuda,
zebra, tapir, dan badak) serta Artiodactyla (hewan berkuku genap seperti
babi, kuda nil, unta, dan rusa) merupakan bagian terbesar dari ungulata
Zebra adalah binatang dari famili kuda yang tubuhnya berbelang-belang
hitam dan putih. Penyebaran habitat di Afrika Selatan, Afrika Barat dan
Afrika Timur. Ada tiga jenis zebra yaitu : zebra gunung, zebra dataran
dan zebra primitif.
Nama ilmiah: Equus zebra untuk zebra gunung; Equus quagga untuk zebra
dataran dan Equus grevyi untuk zebra primitif. Belang-belang pada tubuh
zebra dapat membantu sistem pertahanan zebra terhadap predator.Belang
zebra dapat membingungkan
predator.Zebra
memiliki “warna disruptif” seperti beberapa katak pohon dan ular
belang. Belang pada tubuh zebra memecah kontur rata hewan,menyamarkan
bentuk asli zebra.Ketika zebra bergerak, pola itu lebih membingungkan
lagi. Berbeda dengan kuda polos biasa. Para ilmuwan berpendapat bahwa
belang pada zebra terjadi karena evolusi, baik variasi maupun seleksi
alam.
KELEDAI
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Perissodactyla
Familia : Equidae
Genus : Equus
Spesies : Equus asinus
Keledai (Equus asinus) adalah mamalia dari keluarga Equidae.
Merupakan hewan jinak yang digunakan untuk bertransportasi dan kerja
lain, seperti menarik kereta kuda maupun membajak ladang.
Keledai bisa memiliki anak campuran dengan kuda. Anak kuda betina dan
keledai jantan disebut bagal. Anak keledai betina dan kuda jantan
disebut hinny. Bagal lebih umum, dan telah digunakan untuk transportasi
manusia dan benda.
KUDA
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Perissodactyla
Familia : Equidae
Genus : Equus
Spesies : Equus caballus
Kuda (Equus caballus atau Equus ferus caballus) adalah salah satu
dari sepuluh spesies modern mamalia dari genus Equus. Hewan ini telah
lama merupakan salah satu hewan ternak yang penting secara ekonomis, dan
telah memegang peranan penting dalam pengangkutan orang dan barang
selama ribuan tahun. Kuda dapat ditunggangi oleh manusia dengan
menggunakan sadel dan dapat pula digunakan untuk menarik sesuatu,
seperti kendaraan beroda, atau bajak. Pada beberapa daerah, kuda juga
digunakan sebagai sumber makanan. Walaupun peternakan kuda diperkirakan
telah dimulai sejak tahun 4500 SM, bukti-bukti penggunaan kuda untuk
keperluan manusia baru ditemukan terjadi sejak 2000 SM.
Dalam bahasa Jawa disebut jaran, Bahasa Makassar disebut jarang.
V. ORDO ARTIODACTYLA
RUSA TOTOL
Klasifikasi
Kingdom : animalia
Filum : Chordata
Kelas :Mamalia
Ordo : artiodactyla
Family : cervidae
Genus : Axis
Species : Axis axis( rusa totol)
Rusa totol (Axis axis) memiliki warna kulit coklat kemerahan dengan
bintik-bintik putih. Semakin tua usianya maka warna coklat kulitnya akan
semakin gelap dan bintik-bintik putihnya makin tersusun rapi. Rusa
totol membutuhkan garam (NaCl) untuk membantu metabolisme makanan,
karena itu mereka sering menjilati bebatuan atau kerikil
BONGO
Klasifikasi ilmiah
Kingdom : animalia
Filum : Chordata
Kelas :Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Family : Cervidae
Genus : Boocercus
Species : Boocercus eurycerus ( bongo )
Bongo memiliki warna yang cerah auburn atau kastanye mantel, dengan
leher, dada dan kaki umumnya lebih gelap dari bagian tubuh. Kulit bongo
jantan menjadi gelap sampai mereka mencapai usia tertentu hingga
berwarna mahoni-warna coklat. Kulit bongo betina biasanya lebih cerah
dari pada bongo jantan
Kulit bongo memiliki 10-15 vertikal garis kuning-putih, tersebar di
sepanjang bagian belakang dari bagian leher ke pantat hewane. Jumlah
garis pada setiap sisi jarang yang sama..
Totol tampak di antara mata dan dua titik putih besar setiap pipi.
Selain itu juga, totol putih memenuhi leher dan dada. Kegunaan daun
telinga telinga adalah untuk mempertajam pendengaran, dan pewarnaan
khusus dapat membantu bongo mengidentifikasi satu sama lain dalam gelap
hutan habitat
mereka.Mulut dari bongo biasanya berwarna putih, hitam dengan topped brangus.
Bongo jantan maupun betina memiliki tanduk. Mereka mematahkan tanduk
nya tiap tahun sepanjang hidup mereka.tanduk pada betina lebih kecil,
lebih tipis dan lebih banyak cabang. Besarnya tanduk berkisar antara 75
dan 99 sentimeter (30-39 “).
Seperti tanduk pada rusa lainnya, tanduk bongo berlubang pada bagian
dalam, dengan komposisi seperti pada kuku manusia, yaitu zat keratin.
Bongo dapat berlari dengan cepat
BISON
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Familia : Bovidae
Genus : Bison
Spesies : Bison antiquus
Bison adalah kelompok mamalia berkuku genap. Mereka membentuk genus
Bison dari subfamili Bovinae dan famili Bovidae. Bison tinggal di bagian
utara bumi. Bison Amerika tinggal di Amerika Utara. Mereka hidup hingga
berusia 20 tahun dan lahir tanpa tanduk yang dimiliki jantan dan
betina.
KIJANG
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Familia : Cervidae
Genus : Muntiacus
Spesies : Muntiacus muntjak
Kijang atau muncak adalah kerabat rusa yang tergabung dalam genus
Muntiacus. Kijang berasal dari Dunia Lama dan dianggap sebagai jenis
rusa tertua, telah ada sejak 15-35 juta tahun yang lalu, dengan
sisa-sisa dari masa Miosen ditemukan di Prancis dan Jerman.
Pada masa sekarang, muncak hanya dapat ditemui di Asia Selatan dan
Asia Tenggara, mulai dari India, Srilangka, Indocina, hingga kepulauan
Nusantara. Beberapa jenis diintroduksi di Inggris dan sekarang banyak
dijumpai di sana.
Kijang tidak mengenal musim kawin dan dapat kawin kapan saja, namun
perilaku musim kawin muncul bila kijang dibawa ke daerah beriklim
sedang. Jantannya memiliki tanduk pendek yang dapat tumbuh bila patah.
Hewan ini sekarang menarik perhatian penelitian evolusi molekular
karena memiliki variasi jumlah kromosom yang dramatis dan ditemukannya
beberapa jenis baru (terutama di Indocina).
Jenis-jenisnya
· Muntiacus muntjak, kijang biasa
· Muntiacus reevesi, kijang Reeve, diintroduksi ke Inggris
· Muntiacus crinifrons, kijang hitam
· Muntiacus feae
· Muntiacus atherodes, kijang keemasan Kalimantan
· Muntiacus rooseveltorum
· Muntiacus gongshanensis
· Muntiacus vuquangensis, kijang raksasa vietnam
· Muntiacus truongsonensis
· Muntiacus putaoensis
BANTENG
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Familia : Bovidae
Genus : Bos
Spesies : Bos javanicus
Banteng, Bos javanicus, adalah hewan yang sekerabat dengan sapi dan
ditemukan di Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Kalimantan,
Jawa, and Bali. Beberapa jenis banteng ditemukan pula di Australia Utara
yang dibawa ke sana pada masa kolonisasi Britania pada 1849.
Banteng tumbuh hingga tinggi sekitar 1,6 m di bagian pundaknya dan
panjang badan 2,3 m. Berat banteng jantan biasanya sekitar 680 – 810 kg –
jantan yang sangat besar bisa mencapai berat satu ton – sedangkan
betinanya memiliki berat yang lebih kecil. Banteng memiliki bagian putih
pada kaki bagian bawah, punuk putih, serta warna putih disekitar mata
dan moncongnya, walaupun terdapat sedikit dimorfisme seksual pada
ciri-ciri tersebut. Banteng jantan memiliki kulit berwarna biru-hitam
atau atau coklat gelap, tanduk panjang melengkung ke atas, dan punuk di
bagian pundak. Sementara, betinanya memiliki kulit coklat kemerahan,
tanduk pendek yang mengarah ke dalam dan tidak berpunuk.
Banteng hidup dari rumput, bambu, buah-buahan, dedaunan, dan ranting
muda. Banteng umumnya aktif baik malam maupun siang hari, tapi pada
daerah pemukiman manusia, mereka beradaptasi sebagai hewan nokturnal.
Banteng memiliki kecenderungan untuk berkelompok pada kawanan berjumlah
dua sampai tiga puluh ekor.
Banteng telah didomestikasi di beberapa daerah di Asia Tenggara yang
jumlahnya mencapai sekitar 1,5 juta ekor. Banteng ternak dan liar dapat
dikawinkan dan keturunan yang dihasilkannya sering kali subur.
ANOA
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Familia : Bovidae
Genus : Bubalus
Spesies : Bubalus quarlesi
Anoa adalah hewan khas Sulawesi. Ada dua spesies anoa yaitu: Anoa
Pegunungan (Bubalus quarlesi) dan Anoa Dataran Rendah (Bubalus
depressicornis). Keduanya tinggal dalam hutan yang tidak dijamah
manusia. Penampilan mereka mirip dengan rusa dan memiliki berat 150-300
kg. Anak anoa akan dilahirkan sekali setahun.
Kedua spesies tersebut dapat ditemukan di Sulawesi, Indonesia. Sejak
tahun 1960-an berada dalam status terancam punah. Diperkirakan saat ini
terdapat kurang dari 5000 ekor yang masih bertahan hidup. Anoa sering
diburu untuk diambil kulitnya, tanduknya dan dagingnya.
Anoa Pegunungan juga dikenal dengan nama Mountain Anoa, Anoa de
Montana, Anoa de Quarle, Anoa des Montagnes, dan Quarle’s Anoa.
Sedangkan Anoa Dataran Rendah juga dikenal dengan nama Lowland Anoa,
Anoa de Ilanura, atau Anoa des Plaines.
BABIRUSA
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Familia : Suidae
Genus : Babyrousa
Spesies : Babyrousa babyrussa
Babirusa (Babyrousa babirussa) hanya terdapat di sekitar Sulawesi,
Pulau Togian, Malenge, Sula, Buru dan Maluku. Habitat babirusa banyak
ditemukan di hutan hujan tropis. Hewan ini gemar melahap buah-buahan dan
tumbuhan, seperti mangga, jamur dan dedaunan. Mereka hanya berburu
makanan pada malam hari untuk menghindari beberapa binatang buas yang
sering menyerang.
Panjang tubuh babirusa sekitar 87 sampai 106 sentimeter. Tinggi
babirusa berkisar pada 65-80 sentimeter dan berat tubuhnya bisa mencapai
90 kilogram. Meskipun bersifat penyendiri, pada umumnya mereka hidup
berkelompok dengan seekor pejantan yang paling kuat sebagai pemimpinnya.
Binatang yang pemalu ini bisa menjadi buas jika diganggu. Taringnya
panjang mencuat ke atas, berguna melindungi matanya dari duri rotan.
Babirusa betina melahirkan satu sampai dua ekor satu kali melahirkan.
Masa kehamilannya berkisar antara 125 hingga 150 hari. Bayi babirusa itu
akan disusui selama satu bulan, setelah itu akan mencari makanan
sendiri di hutan bebas. Selama setahun babirusa betina hanya melahirkan
satu kali. Usia dewasa seekor babirusa lima hingga 10 bulan, dan dapat
bertahan hingga usia 24 tahun.
Mereka sering diburu penduduk setempat untuk dimangsa atau sengaja
dibunuh karena merusak lahan pertanian dan perkebunan. Populasi hewan
yang juga memangsa larva ini kian sedikit hingga termasuk dalam daftar
hewan yang dilindungi. Jumlah mereka diperkirakan tinggal 4000 ekor dan
hanya terdapat di Indonesia.
Sejak tahun 1996 hewan ini telah masuk dalam kategori langka dan
dilindungi oleh IUCN dan CITES. Namun masih sering dijumpai perdagangan
daging babirusa di daerah Sulawesi Utara. Karena itu, pusat penelitian
dan pengembangan biologi LIPI bekerja sama dengan pemerintah daerah
setempat beserta Departemen Kehutanan dan Universitas Sam Ratulangi
mengadakan program perlindungan terhadap hewan langka ini. Perlindungan
tersebut meliputi pengawasan habitat babirusa dan membuat taman
perlindungan babirusa di atas tanah seluas 800 hektar.
RUSA SAMBAR
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Familia : Cervidae
Genus : Cervus
Spesies : Cervus unicolor
Rusa Sambar atau Sambar India (disebut juga rusa sambur, sambhur,
Tamil: Kadaththi man), adalah jenis rusa besar yang umum berhabitat di
Asia. Spesies yang umum memiliki ciri khas tubuh yang besar dengan warna
bulu kecoklatan. Sambar dapat tumbuh setinggi 102 cm – 160 cm sampai
bahu dengan berat sekitar 546 kg. Sambar umumnya berhabitat di hutan dan
bergantung pada tanaman semak atau rerumputan. Mereka umumnya hidup
dalam kelompok dengan anggota 5 – 6 anggota. Rusa Sambar (Cervus
unicolor syn. Cervus aristotelis) mendiami sebagian besar Asia Selatan
dengan batas sampai wilayah Himalaya.
KUDA NIL
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Familia : Hippopotamidae
Genus : Hippopotamus
Spesies : Hippopotamus amphibius
hippopotamus (Hippopotamus amphibius) atau hippo (bahasa Yunani:
ἱπποπόταμος, hippopotamos, dari ἵππος, hippos, “kuda”, dan ποταμός,
potamos, “sungai”) adalah mamalia dari keluarga Hippopotamidae yang
berukuran besar. Berasal dari
Afrika.Kuda
nil memiliki tubuh yang besar dan berat, serta kulit kelabu gelap.
Mereka juga memiliki gading besar yang biasa mereka gunakan untuk
mempertahankan diri dari
predator.Kuda nil tinggal di Afrika. Mereka tinggal di dan dekat air tawar, seperti danau dan sungai.
Kuda nil adalah hewan herbivora.
Mereka tinggal berkelompok, dan terkadang 30 kuda nil akan tinggal di
tempat yang sama. Mereka tidur di lumpur dan air, namun di malam hari
mereka keluar untuk makan rumput.
LLAMA
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Familia : Camelidae
Genus : Lama
Spesies : Lama glama
Llama (Lama glama) adalah binatang camelid yang juga binatang asli
Amerika Selatan. Llama juga biasa digunakan sebagai binatang pengangkut
barang oleh masyarakat Inka[1] dan masyrakat disekitar pegununungan
Andes. Binatang ini bisa mencapai tinggi 1,6 meter hingga 1,8 meter
dengan berat 127 kilogram hingga 204 kilogram. Bayi Llama (disebut cria)
memiliki berat antara 9 kg hingga 14 kg. Llama adalah binatang sosial
yang hidup secara berkelompok. Llama dapat membawa barang 25% hingga 30%
dari berat badannya.
UNTA
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Familia : Camelidae
Genus : Camelus
Spesies : Camelus bactrianus
Unta atau Onta adalah dua spesies hewan berkuku genap dari genus
Camelus (satu berpunuk tunggal – Camelus dromedarius, satu lagi berpunuk
ganda – Camelus bactrianus) yang hidup ditemukan di wilayah kering dan
gurun di Asia dan Afrika Utara. Rata-rata umur harapan hidup unta adalah
antara 30 sampai 50 tahun.
Domestikasi unta oleh manusia telah dimulai sejak kurang lebih 5.000
tahun yang lalu. Pemanfaatan unta antara lain untuk diambil susu (yang
memiliki nilai nutrisi lebih tinggi dari pada susu sapi) serta
dagingnya, dan juga digunakan sebagai hewan pekerja.
Kemampuan Adaptasi Ekologi Unta
Seperti yang diketahui, unta hidup di padang pasir yang memiliki
range temperatur udara yang mampu membunuh mayoritas makhluk hidup.
Selain itu, mereka mampu untuk tidak makan dan minum selama beberapa
hari.
Ada banyak hal yang membuat mereka mampu beradaptasi. Salah satunya
adalah punuknya. Banyak orang mengira punuknya menyimpan air, tapi
sebenarnya tidak. Punuk unta menyimpan lemak khusus, yang pada suatu
saat bisa diubah menjadi air dengan bantuan oksigen hasil respirasi.
Satu gram lemak yang ada pada punuk unta bisa diubah menjadi satu gram
air.
Kemampuan adaptasi lainnya yang luar biasa adalah, sistem
respirasinya meninggalkan sedikit sekali jejak uap air. uap air yang
keluar dari paru-paru diserap kembali oleh tubuhnya melalui sel khusus
yang terdapat di hidung bagian dalam, membentuk kristal dan suatu saat
dapat diambil.
Tubuh unta dapat bertahan hingga pada suhu 41 derajat celcius. Lebih
dari itu, unta mulai berkeringat. Penguapan dari keringat yang terjadi
hanya pada kulitnya, bukan pada rambutnya. Dengan cara pendinginan yang
efisien itu, unta mampu menghemat air cukup banyak.
Unta mampu bertahan dengan kehilangan massa sekitar 20%-25% selama
berkeringat. Mayoritas makhluk hidup hanya mampu bertahan hingga
kehilangan massa sekitar 3%-4% sebelum terjadi gagal jantung akibat
mengentalnya darah. Meski unta kehilangan banyak cairan tubuh, darahnya
tetap terhidrasi, hingga batas 25% tercapai.
Ada banyak hal mengapa darah unta tidak mengental pada kondisi di
mana darah mayoritas makhluk hidup sudah mengental. Sel darah merah unta
berbentuk oval, bukan bulat seperti makhluk hidup lainnya. Unta juga
memiliki sistem imunitas yang cukup unik. Semua mamalia memiliki
antibodi berbentuk Y dengan dua rantai panjang sepanjang Y itu dengan
dua rantai pendek di setiap ujung dari Y tersebut, tapi unta hanya
memiliki dua rantai panjang yang menjadikannya berbentuk lebih kecil
sehingga mengurangi kemungkinan darah akan mengental.
Ginjal dan usus mereka sangat efisien dalam menyaring air. Bentuk
urin mereka sangat kental dan kotoran mereka sangat kering sehingga bisa
langsung dibakar ketika dikeluarkan.
JERAPAH
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Familia : Giraffidae
Genus : Giraffa
Spesies : Giraffa camelopardalis
Jerapah (Giraffa camelopardalis) adalah mamalia berkuku genap endemik
Afrika dan merupakan spesies hewan tertinggi yang hidup di darat.
Jerapah jantan dapat mencapai tinggi 4,8 sampai 5,5 meter dan memiliki
berat yang dapat mencapai 1.360 kilogram. Jerapah betina biasanya
sedikit lebih pendek dan lebih ringan.
Jerapah berkerabat dengan rusa dan sapi tetapi dari suku yang
berbeda, yaitu Giraffidae, yang mencakup jerapah sendiri dan kerabat
terdekatnya, okapi. Habitat aslinya melingkupi area dari Chad sampai
dengan Afrika Selatan
Nama spesiesnya camelopardalis diambil dari nama dalam latin, karena
dianggap sebagai bastar unta (camel) dan macan tutul (leopard). Nama
camelopardalis dipakai oleh Plinius senior dalam ensiklopedia yang
ditulisnya. Nama ini juga dipakai sebagai nama salah satu rasi bintang.
Nama “jerapah” sendiri dipinjam dari nama hewan ini dalam bahasa Arab
(الزرافة, zirafah)
SAPI
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Familia : Bovidae
Genus : Bos
Spesies : Bos Taurus
Sapi adalah hewan ternak dari familia Bovidae dan subfamilia Bovinae.
Selain dipelihara untuk bercocok tanah (menarik bajak, dan lain-lain),
sapi juga diambil susu dan dagingnya.
VI. ORDO MONOTREMATA
Ekidna moncong panjang
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Monotremata
Familia : Tachyglossidae
Genus : Zaglossus
Spesies : Zaglossus attenboroughi
Zaglossus bartoni
Zaglossus bruijni
Zaglossus hacketti
Zaglossus robustus (punah)
Ekidna moncong panjang adalah salah satu dari dua genera (genus
Zaglossus) ekidna, monotremata berduri yang tinggal di Pulau Irian. Ada
tiga spesies yang masih hidup dan dua spesies sudah punah.
Habitat: wilayah Papua pada elevasi yang lebih tinggi daripada hutan dataran tinggi.
Ekidna
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Monotremata
Familia : Tachyglossidae
Genus : Tachyglossus
Species : Tachyglossus aculeatus
Ekidna adalah satu-satunya hewan dari ordo Monotremata yang masih
bertahan hidup selain platipus. Keempat spesies yang masih hidup,
merupakan hewan asli Papua dan Australia, semuanya termasuk ke dalam
famili Tachyglossidae. Ekidna dinamai berdasarkan nama monster dalam
mitologi Yunani
Deskripsi
Ekidna adalah mammalia kecil yang tubuhnya ditutupi rambut kasar dan
duri. Ekidna menyerupai pemakan semut Amerika Selatan dan mammalia
berduri lainnya seperti hedgehog dan landak. Mereka memiliki moncong
yang berfungsi sebagai mulut dan hidung. Moncong mereka panjang dan
langsing. Mereka memiliki kaki yang pendek dan kuat dengan kuku besar.
Ekidna juga adalah penggali yang handal. Mereka memiliki mulut yang
mungil dan rahang tak bergigi. Mereka makan dengan cara membuka batang
kayu yang lunak, sarang semut, dan semacamnya, dan menggunakan lidahnya
yang panjang serta lengket yang memanjang dari moncongnya untuk
mengumpulkan mangsanya. Ekidna moncong pendek terbiasa memakan semut dan
rayap dalam jumlah besar, sedangkan spesies Zaglossus terbiasa memakan
cacing tanah dan larva serangga.
Selain platipus, keempat spesies echidna adalah satu-satunya mammalia
yang bertelur. Betina menelurkan satu telur berbulu bercangkang lunak
dua puluh dua hari setelah kawin dan meletakkannya langsung dalam
kantungnya. Telur akan menetas setelah sepuluh hari; ekidna muda (dalam
bahasa Inggris disebut: puggle), kemudian akan menghisap susu dari
pori-pori kedua kelenjar susu (sebab monotremata tidak memiliki puting)
dan tetap tinggal di dalam kantung induknya untuk empat puluh lima
hingga lima puluh lima hari, selama kurun waktu tersebut, mulai tumbuh
duri. Sang ibu menggali lubang untuk merawat anaknya dan meletakkan
anaknya di dalam lubang. Sang ibu kembali setiap lima hari untuk
menyusui sampai berhenti menyusui pada bulan ketujuh.
VII. ORDO RODENTIA
Tikus got
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Familia : Muridae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus
Tikus got, tikus coklat, tikus rumah besar atau tikus laboratorium
(Rattus norvegicus) adalah salah satu spesies tikus yang paling umum
dijumpai di perkotaan. Hasil seleksi terhadap hewan ini banyak digunakan
sebagai hewan percobaan (dikenal sebagai tikus putih) dan sebagai hewan
peliharaan (dengan warna bervariasi).
VIII. ORDO CETACEA
PAUS BIRU
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Cetacea
Familia : Balaenopteridae
Genus : Balaenoptera
Spesies : Balaenoptera musculus
Paus Biru (Balaenoptera musculus) adalah mamalia laut yang masuk
kedalam subordo paus balin. Panjangnya mencapai lebih dari 33 meter dan
memiliki massa 181 ton metrik atau lebih. Binatang ini dipercaya sebagai
hewan terbesar yang pernah ada.
Panjang dan langsing, tubuh Paus Biru dapat bervariasi keteduhan
kelabu kebiruannya. Ada sedikitnya tiga perbedaan subspesies: B. m.
musculus Atlantik utara dan Pasifik utara, B. m. intermedia, Samudra
selatan dan B. m. brevicauda (juga dikenal sebagai Paus Biru Kerdil)
ditemukan di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik Selatan. B. m. indica
ditemukan di Samudra Hindia, mungkin menjadi subspesies lain. Seperti
dengan paus balin lain, pola makannya berisi secara pokok crustacea
kecil yang dikenal sebagai krill, yang sama baiknya dengan ikan kecil
dan cumi-cumi.
Paus Biru sangat berlimpah di hampir seluruh samudra hingga memasuki
abad 20. Selama lebih dari 40 tahun paus-paus tersebut diburu sampai
mendekati kepunahan dengan adanya perburuan paus hingga dilindungi oleh
komunitas internasional pada tahun 1966. Sebuah laporan tahun 2002
memperkirakan ada 5.000 sampai 12.000 Paus Biru di seluruh dunia yang
lokasinya terbagi dalam sedikitnya lima kelompok. Kebanyakan riset saat
ini memberi perhatian terhadap subspesies Paus Biru Kerdil yang mungkin
dibawah perkiraan.[7] Sebelum perburuan paus, populasi terbesar berada
di Antartika, dengan jumlah diperkirakan 239.000 (mencapai 202.000
hingga 311.000). Sisanya yang hanya sebagian kecil (sekitar 2.000)
mengkonsentrasikan di setiap kelompok Pasifik timur laut, Antartika, dan
Samudra Hindia. Ada dua lebih kelompok di Samudra Atlantik utara dan
sedikitnya dua di Belahan Selatan.
Taksonomi
Paus Biru merupakan rorqual (famili Balaenopteridae), famili yang
termasuk di dalamnya Paus bungkuk, Paus sirip, Paus Bryde, Paus Sei dan
Paus Minke.[3] Famili Balaenopteridae diyakini memiliki perbedaan dengan
famili paus lain dari subordo Mysticeti yang sama lamanya dengan
pertengahan Oligocene. Walau begitu, hal ini tidak diketahui walaupun
kelompok famili tersebut berbeda dari lainnya. Paus Biru biasanya
diklasifikasikan sebagai salah satu dari tujuh spesies paus dalam genus
Balaenoptera; satu otoritas yang menempatkan paus ini dalam genus
monotypic terpisah Sibbaldus,[9] namun ini tidak disetujui di lain
tempat.[1]Analisa beruntun DNA mengindikasi bahwa Paus Biru merupakan
secara Filogenetik dekat dengan Paus bungkuk (Megaptera) dan Paus Kelabu
(Eschrichtius) kemudian dengan spesies Balaenoptera lain. Jika riset
lebih lanjut mengkonfirmasi adanya kekerabatan, mungkin akan menjadi
diperlukan untuk mengklasifikasi ulang rorqual.
Ada sedikitnya 11 dokumetasi kasus persilangan Paus Biru / Paus Sirip
dewasa di alam liar. Aranson dan Gullberg menguraikan jarak genetik
antara seekor Paus Biru dan Paus Sirip sebagai kesamaan seperti antara
manusia dan gorila.[10] Persilangan Paus Biru / Paus Bungkuk juga
diketahui.
Nama spesifik musculus merupakan bahasa Latin dan dapat berarti
“berotot”, namun dapat juga ditafsirkan sebagai “tikus kecil”.[11]
Linnaeus, yang menamai spesies ini di seminalnya Systema Naturae tahun
1758,[12] mungkin telah mengetahui ini dan mungkin bermaksud pengertian
ganda yang ironis.[13] Spesies ini juga disebut Dasar-Sulfur oleh Herman
Melville dalam novelnya Moby-Dick yang berkaitan dengan sedikit coklat
oren atau kuning pada bagian bawah dari film diatom di kulitnya. Nama
umum lain untuk Paus Biru seperti Rorqual Sibbald (setelah Sir Robert
Sibbald), Paus Biru Raksasa dan Rorqual Utara Raksasa. Nama tersebut
telah ditinggalkan dan tidak dipakai lagi dalam dekade saat ini.
Otoritas mengklasifikasikan spesies ini ke dalam tiga atau empat
subspesies: B. m. musculus, Paus Biru Utara terdiri atas populasi
Atlantik utara dan Pasifik utara, B. m. intermedia, Paus Biru Selatan
Samudra Selatan, B. m. brevicauda, Paus Biru Kerdil ditemukan di Samudra
Hindia dan Pasifik Selatan,[14] dan B. m. indica, Rorqual Hindia Besar
yang lebih bermasalah, juga ditemukan di Samudra Hindia dan meskipun
diuraikan lebih awal mungkin menjadi subspesies yang sama sebagai B. m.
brevicauda.[1]
Deskripsi dan perilaku
Paus Biru memiliki tubuh lonjong panjang yang menunjukkan bidang
dalam perbandingan dengan tubuh paus lain.[15] Kepalanya berbentuk datar
dan U dan memiliki punggung mencolok yang terbentang dari lubang sembur
hingga bagian birir atas.[15] Bagian depan mulut berbentuk tebal dengan
lempeng balin; sekitar 300 lempeng (setiap lempeng panjangnya sekitar
satu meter)[15] tergantung dari rahang atas, mencapai 0.5 m yang kembali
ke dalam mulut. Antara 60 dan 90 lekukan (disebut lempeng ventral)
mencapai dari kerongkongan secara pararel hingga tubuh. Lempeng ini
membantu dalam memindahkan air dari mulut setelah gerakan makan (lihat
cara makan di bawah).
Sirip dorsal berbetuk kecil,[15] yang terlihat singkat selama urutan
menyelam. Terletak sekitar tiga perempat bagian sepanjang tubuh yang
membedakan dalam bentuk satu individu terhadap lainnya; beberapa hanya
memiliki gumpalan jelas yang sedikit, namun lainnya mungkin memiliki
dorsal menonjol dan falcate. Ketika menuju permukan untuk bernafas, Paus
Biru menunjukkan bahu dan lubang semburnya keluar air untuk sebuah
tingkatan besar daripada paus besar lain seperti Paus sirip atau Paus
Sei. Ciri ini mungkin digunakan oleh peneliti untuk membedakan antar
spesies di lautan. Beberapa Paus Biru di Atlantik utara dan Pasifik
utara menunjukkan ujung ekor mereka ketika menyelam. Ketika bernafas,
paus mengeluarkan sebuah semburan kolom vertikal menakjubkan (lebih dari
12 m, secara umum 9 m yang dapat terlihat dari jarak jauh di hari yang
tenang. Paru-parunya berkapasitas 5.000 liter. Paus Biru memiliki lubang
sembur ganda, yang terlindungi oleh pelindung besar.[15]
Siripnya memiliki panjang tiga hingga empat meter. Sisi atas berwarna
abu-abu dengan pembatas putih tipis. Sisi bawah berwarna putih. Ujung
kepala dan ekor umumnya tertutup warna abu-abu. Bagian atas paus, dan
kadang sirip, biasanya terdapat tonjolan. Tingkat tonjolan bervariasi
pada hakekatnya dari satu individu terhadap individu lain. Beberapa
mungkin tertutup warna abu-abu kebiruan seluruhnya, namun lainnya
menunjukkan variasi yang pantas biru gelap, abu abu dan hitam, seluruh
macam tonjolan.[3]
Paus Biru dapat menempuh kecepatan 50 km/jam melibihi ledakan
singkat, secara umum ketika berinteraksi dengan paus lain, namun 20
km/jam merupakan kecepatan berkelana yang paling khas.[3] Ketika makan
mereka bergerak pelan hingga 5 km/jam.
Paus Biru kebanyakan umumnya hidup sendiri arau dengan seekor
individu lain. Hal itu tidak diketahui apakah bahwa berkelana
berpasangan bertahan bersama melebihi periode panjang atau bentuk
kerabat lepas lain. Di tempat dimana di sana merupakan konsentrasi
tinggi makanan, sebanyak 50 Paus Biru telah tampak menyebar melebihi
area kecil. Namun begitu, mereka tidak membentuk kelompok hubungan besar
yang tampak dalam paus balin lain.
Ukuran
Paus Biru sulit ditimbang karena ukuran mereka. Kebanyakan Paus Biru
dibunuh oleh pemburu paus yang tidak mempertimbangkannya secara utuh,
namun dipotong menjadi pengaturan potongan-potongan dahulu. Penyebab ini
merupakan sebuah peremehan massa total paus, berkaitan dengan hilangnya
darah dan cairan lain. Meski demikian, hasil pengukuran antara 150 dan
170 ton dibuat oleh hewan dengan panjang sekitar 27 m. Massa seekor
individu berukuran panjang 30 m diyakini oleh NMML memiliki massa lebih
180 ton. Paus Biru terbesar ditimbang secara teliti oleh ilmuan NMML
untuk mengukur seekor betina yang memiliki massa 177 ton.[6]
Paus Biru diyakini sebagai hewan terbesar yang pernah hidup.[15]
Dinosaurus terbesar diketahui dari Era Mesozoic merupakan
Argentinosaurus,[16] yang diperkirakan memiliki massa sekitar 90 ton,
meskipun vertebrata kontoversional Amphicoelias fragillimus mungkin
diindikasi sebagai hewan yang memiliki massa 122 ton dan panjang 40–60
meter.[17] Ada beberapa ketidaksetujuan tentang Paus Biru terbesar yang
pernah ditemukan sebagai kebanyakan data yang muncul dari Paus Biru yang
dibunuh di perairan Antartika selama setengah abad dua puluh pertama
dan dikoleksi oleh pemburu paus yang tidak mengenal baik dalam teknik
pengukuran zoologi standar. Paus terpanjang pernah diraih dua berina
berukuran 33.6 m dan 33.3 m secara berturut-turut..[18] Walau begitu,
kendala pengukuran tersebut diperselisihkan. Paus terpanjang yang diukur
oleh ilmuan di National Marine Mammal Laboratory (NMML) Amerika adalah
29.9 m.[6]
Lidah Paus Biru memiliki massa sekitar 2.7 ton[19] dan ketika secara
penuh membuka mulutnya diperkirakan cukup besar untuk menampung lebih
dari 90 ton makanan dan air.[20] Disamping ukuran mulutnya, ukuran
kerongkongannya menunjukkan bahwa seekor Paus Biru tidak dapat menelan
obyek yang lebih besar daripada bola basket.[21] Jantungnya bermassa 600
kg dan merupakan yang terbesar yang diketahui dari binatang
manapun.[19] Aorta Paus Biru berdiameter sekitar 23 cm.[22] Selama 7
bulan pertama hidupnya, seekor anak Paus Biru minum kira-kira 400 liter
susu setiap harinya. Anak Paus Biru bertambah berat secara cepat,
sebanyak 90 kg setiap 24 jam. Bahkan saat melahirkan, mereka memiliki
massa 2,700 kilogram – sama seperti pertumbuhan penuh Kuda nil.[3]
Makanan
Paus Biru makan hampir secara khusus adalah krill, meskipun mereka
juga makan sejumlah kecil copepoda.[23] Spesies zooplankton ini dimakan
oleh berbagai Paus Biru dari satu samudra ke samudra lain. Di Atlantik
utara, Meganyctiphanes norvegica, Thysanoessa raschii, Thysanoessa
inermis dan Thysanoessa longicaudata merupakan makanan yang
umum.[24][25][26] Di Pasifik selatan, Euphausia pacifica, Thysanoessa
inermis, Thysanoessa longipes, Thysanoessa spinifera, Nyctiphanes
symplex dan Nematoscelis megalops;[27][28][29] di Antartika Euphausia
superba, Euphausia crystallorophias dan Euphausia valentin.
Paus-paus tersebut selalu makan dalam area dengan konsentrasi tinggi
krill, yang kadang-kadang makan hingga 3,600 kg krill dalam hari
tunggal.[23] Ini berarti bahwa mereka secara khas makan pada kedalaman
lebih dari 100 m sepanjang hari, dan hanya makan di permukaan saat
malam. Waktu menyelam secara khas adalah 10 menit ketika makan, walau
menyelam lebih dari 20 menit merupakan hal biasa. Rekaman penyelaman
terlama adalah 36 menit (Musim panas, 1998). Paus ini makan dengan
paru-paru tepat pada segerombolan krill, mengangkut hewan tersebut dan
kwantitas besar air dalam mulutnya. Air tersebut kemudian didorong
keluar hingga lempeng balin oleh tekanan dari dari kantung sirip dan
lidah. Sekali mulutnya bersih dari air, sisa krill, tidak dapat melewati
menembus lempeng, lalu ditelan. Paus Biru juga secara kebetulan
mengkonsumsi ikan kecil, crustacea dan cumi-cumi yang tertangkap dengan
krill.[30][31]
Vokalisasi
Diperkirakan buatan Cummings dan Thompson (1971) mendukung bahwa
tingkat sumber suara yang dibuat Paus Biru antara 155 dan 188 desibel
ketika diukur relatifitasnya untuk mereferansi tekanan satu micropascal
dalam satu meter.[37][38] Seluruh kelompok Paus Biru membuat panggilan
pada frekuensi fundamental antara 10 dan 40 Hz, dan suara frekuensi
terendah manusia dapat secara khas merasakan 20 Hz. Paus Biru memanggil
terakhir antara sepuluh hingga tiga puluh detik. Apalagi Paus Biru
mendekati pantai Sri Langka yang terekam secara berulang membuat
“nyanyian” yang terdiri dari empat kali yang tercatat lamanya sekitar
dua menit setiap nyanyian, mengingatkan nyanyian Paus bungkuk yang
terkenal. Peneliti percaya bahwa sepertinya fenomena ini tidak terlihat
di populasi lain manapun, ini mungkin keunikan untuk subspesies Paus
Biru Kerdil B. m. brevicauda. Penyebab vokaslisasi tidak diketahui.
Richardson et al (1995) mendiskusikan enam penyebab kemungkinan:[39]
1.Pemeliharaan terhadap jarak inter-individu
2.Perkenalan spesies dan individu,
3.Transmisi informasi kontekstual (e.g., makan, peringatan, percumbuan)
4.Pemeliharaan organisasi sosial (e.g., kontak hubungan antara betina dan jantan)
5.Lokasi corak topografi
6.Lokasi sumber makanan/buruan
IX. ORDO CANIDAE
Anjing
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Canidae
Genus : Canis
Spesies : Canis lupus
Anjing adalah mamalia karnivora yang telah mengalami domestikasi dari
serigala sejak 15.000 tahun yang lalu[1] atau mungkin sudah sejak
100.000 tahun yang lalu berdasarkan bukti genetik berupa penemuan fosil
dan tes DNA.[2] Penelitian lain mengungkap sejarah domestikasi anjing
yang belum begitu lama.[3][4][5]
Anjing telah berkembang menjadi ratusan ras dengan berbagai macam
variasi, mulai dari anjing tinggi badan beberapa puluh cm seperti
Chihuahua hingga Irish Wolfhound yang tingginya lebih dari satu meter.
Warna bulu anjing bisa beraneka ragam, mulai dari putih sampai hitam,
juga merah, abu-abu (sering disebut “biru”), dan coklat. Selain itu,
anjing memiliki berbagai jenis bulu, mulai dari yang sangat pendek
hingga yang panjangnya bisa mencapai beberapa sentimeter. Bulu anjing
bisa lurus atau keriting, dan bertekstur kasar hingga lembut seperti
benang wol.
Asal-usul
Bukti baru mengungkap anjing pertama kali didomestikasi di Asia
Timur, kemungkinan di Tiongkok[6]. Manusia pertama yang menginjakkan
kaki di Amerika Utara membawa serta anjing dari Asia. Penelitian
genetika telah berhasil mengidentifikasi 14 ras anjing kuno. Di
antaranya, Chow Chow, Sharpei, Akita, Shiba dan Basenji merupakan ras
anjing yang tertua. Teori yang mengatakan anjing berasal dari Asia
mungkin bisa dipercaya karena sebagian besar dari 14 ras anjing kuno
berasal dari China dan Jepang.[6]
Ciri fisik
Anjing ras sangat bervariasi dalam ukuran, penampilan dan tingkah
laku dibandingkan dengan hewan peliharaan yang lain. Sebagian besar
anjing masih mempunyai ciri-ciri fisik yang diturunkan dari serigala.
Anjing adalah hewan pemangsa dan hewan pemakan bangkai, memiliki gigi
tajam dan rahang yang kuat untuk menyerang, menggigit, dan
mencabik-cabik makanan. Ciri-ciri khas dari moyang serigala masih
bertahan pada anjing, walaupun penangkaran secara selektif telah
berhasil mengubah bentuk fisik berbagai jenis anjing ras.
Anjing memiliki otot yang kuat, tulang pergelangan kaki yang bersatu,
sistem kardiovaskuler yang mendukung ketahanan fisik serta kecepatan
berlari, dan gigi untuk menangkap dan mencabik mangsa. Bila dibandingkan
dengan struktur tulang kaki manusia, secara teknis anjing berjalan
berjingkat dengan jari-jari kaki.
Indera penciuman
Anjing memiliki hampir 220 juta sel penciuman yang sensitif terhap
bau. Luasnya kira-kira selebar sapu tangan, sangat luas bila
dibandingkan sel penciuman yang dimiliki manusia. Sebagai pembanding,
manusia hanya memiliki 5 juta sel penciuman yang menempati luas selebar
perangko. Beberapa jenis anjing ras bahkan sengaja dibiakkan agar lahir
anak anjing dengan indera penciuman yang lebih bagus. Mekanisme
pengumpulan informasi di otak anjing berdasarkan partikel-partikel bau
yang berhasil diendus belum diketahui secara jelas. Menurut hasil
penelitian, anjing dapat membedakan dua jenis bau: partikel bau di udara
yang menyebar dari orang atau benda, dan partikel bau di tanah yang
masih bisa dideteksi setelah beberapa lama. Karakteristik dua jenis
partikel bau kelihatannya cukup berbeda. Partikel bau yang ada di udara
mudah hilang, tapi mungkin begitu jelas dan tidak bercampur bau-bauan
yang lain, sedangkan partikel bau di tanah relatif lebih permanen.
Anjing pelacak harus diajak melakukannya secara berulang-ulang dan
berhati-hati, karena bau yang melekat di tanah mudah tercemar dengan
bau-bauan yang lain.
Makanan
Sebagian ahli hewan sekarang sedang memperdebatkan anjing peliharaan
tergolong binatang omnivora atau karnivora berdasarkan makanan yang
dimakan. Klasifikasi ke dalam ordo karnivora tidak berarti anjing harus
makan daging melulu. Tidak sama halnya dengan keluarga kucing yang
tergolong karnivora sejati dengan usus kecil yang lebih pendek, anjing
tidak bergantung pada protein daging tertentu atau makanan tinggi
protein untuk memenuhi kebutuhan makan yang paling dasar. Anjing bisa
mencerna dengan baik berbagai macam makanan, termasuk di antaranya
sayur-sayuran dan serealia yang dapat dikonsumsi anjing dalam porsi yang
besar. Tumbuh-tumbuhan dimakan anjing liar untuk memenuhi kebutuhan
asam amino. Selain itu, anjing liar juga memakan isi perut dan usus
berisi tumbuh-tumbuhan yang sedang dicerna hewan herbivora yang menjadi
mangsanya.
X. ORDO PHOLIDOTA
TRENGGILING BIASA
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Pholidota
Familia : Manidae
Genus : Manis
Spesies : Manis javanica
Trenggiling biasa (Manis javanica syn. Paramanis javanica) adalah
wakil dari ordo Pholidota yang masih ditemukan di Asia Tenggara. Hewan
ini memakan serangga dan terutama semut dan rayap. Trenggiling hidup di
hutan hujan tropis dataran rendah.
Bentuk tubuhnya memanjang, dengan lidah yang dapat dijulurkan hingga
sepertiga panjang tubuhnya untuk mencari semut di sarangnya. Rambutnya
termodifikasi menjadi semacam sisik besar yang tersusun membentuk
perisai berlapis sebagai alat perlindungan diri. Jika diganggu,
trenggiling akan menggulungkan badannya seperti bola. Ia dapat pula
mengebatkan ekornya, sehingga “sisik”nya dapat melukai kulit
pengganggunya.
Trenggiling terancam keberadaannya akibat habitatnya terganggu serta menjadi obyek perdagangan hewan liar.
XI. ORDO ELEPHANTIDAE
GAJAH SUMATERA
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Proboscidea
Familia : Elephantidae
Genus : Elephas
Spesies : Elephas maximus sumatrensis
Gajah Sumatra adalah subspesies dari gajah Asia yang hanya berhabitat
di pulau Sumatra. Gajah Sumatra berpostur lebih kecil daripada
subspesies gajah India. Populasinya semakin menurun dan menjadi spesies
yang sangat terancam. Sekitar 2000 – 2700 ekor gajah Sumatra yang
tersisa di alam liar berdasarkan survei tahun 2000. Sebanyak 65%
populasi gajah Sumatra lenyap akibat dibunuh manusia dan 30% kemungkinan
diracuni manusia. Sekitar 83% habitat gajah Sumatra telah menjadi
wilayah perkebunan akibat perambahan yang agresif untuk perkebunan.
KUDA LAUT
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Syngnathiformes
Familia : Syngnathidae
Genus : Hippocampus
Species : Hippocampus denise
Kuda laut adalah jenis ikan yang hidup di laut dari genus Hippocampus
dan famili Syngnathidae. Hewan dengan ukuran yang bervariasi antara 16
mm (untuk spesies Hippocampus denise) sampai 35 cm ini dapat ditemukan
di perairan tropis dan menengah di seluruh dunia. Kuda laut merupakan
satu-satunya spesies yang jantannya dapat hamil.
Sirip dorsal pada kuda laut terletak pada bagian bawah sedangkan
sirip pektoralnya terletak pada bagian kepala, di dekat insang. Beberapa
spesies kuda laut berwarna transparan sebagian, sehingga tidak mudah
terlihat.
Populasi kuda laut terancam karena penangkapan yang berlebihan. Kuda
laut dimanfaatkan pada herbologi tradisional Tiongkok dan sebanyak 20
juta kuda laut telah ditangkap setiap tahunnya untuk keperluan ini.
Impor ekspor kuda laut diatur dalam CITES sejak 15 Mei 2004
XII. ORDO SIRENIA
DUYUNG
Dugongs (Dugong dugon) adalah mamalia laut yang panjang tubuhnya
dapat mencapai tiga meter dan beratnya dapat mencapai 400 Kg. Dugong
juga sering dikenal sebagai ‘sapi laut’ karena memakan pada rumput laut
dan akar tanaman air yang ada di perairan pantai. Dugong memiliki ekor
fluked yang memungkinkan mereka untuk berenang. Dugong juga memiliki
flippers depan yang mereka gunakan untuk berenang ke arah depan.Dugong
berenang di dekat permukaan perairan dan sesekali menyelam ke dasar
perairan, pola renang dugong sedikit lebih unik dengan pergerakan yang
lambat dengan menggerakkan ekor nya ke atas dan ke bawah dan sesekali
muncul pada permukaan perairan untuk mengambil udara (hampr mirip dengan
pergerakan ikan paus besar). Dugong memiliki semacam rambut yang tumbuh
di sekitar mulut (mirip kumis kucing).
Dugong umumnya bermigrasi pada tempat-tempat tertentu untuk mencari
makan dan menyebar pada daerah-daerha tropis dunia (lihat penjelasan
tentang Konservasi Dugong di web ini). Penyebaran dugong ini umumnya
sangat tergantung pada lingkungan perairan dan terutama sumber makanan
yang berupa habitat alami beberapa jenis seagrass seperi Halodule sp.,
Halophile sp. dan Syringodium sp yang merupakan makanan alami dugong.
Atau kita sering menemukan dugong pada lingkungan perairan yang
terlindung dari ombak dan arus yang kuat.
Klasifikasi dari dugong adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mammalia
Order : Sirenia
Family : Dugongidae
Genus : Dugong
Species :Dugong dugon
Perkembang biakan dugong lebih mirip mamalia yang semuanya di lakukan
di laut dengan interval kelahiran 3 sampai 7 tahun. Dan semua anak
dugong juga menyusu pada induknya. Sampai pada umur 1 sampai 2 tahun.
Dugong mencapai ukuran dewasa setelah berumur 9 tahun dan umumnya dugong
bertahan hingga mencapai umur 20 tahun. Yang terunik dari dugong adalah
anak dugong akan selalu berenang di samping induknya terutama dalam
ruaya dan dalam keadaan bahaya.