A.
Pengertian Fitrah
Fitrah berasal dari
kata fathara yang sepadan dengan kata khalaqa dan ansyaa yang
artinya mencipta. Biasanya kata fathara, khalaqa dan ansyaa digunakan
dalam Al-Qur’an untuk menunjukkan pengertian mencipta sesuatu yang sebelumnya
belum ada dan masih merupakan pola dasar (blue print) yang perlu
penyempurnaan.
B.
Fitrah Manusia
Konsep fitrah manusia
yang mengandung pengertian pola dasar kejadian manusia dapat dijelaskan dengan
meninjau: (1) Hakekat wujud manusia, (2) Tujuan penciptaannya, (3) Sumber Daya
Insani (SDM), (4) Citra manusia dalam islam.
DOWNLOAD VERSI MICROSOFT WORD : KLIK DI SINI
1.
Hakekat wujud manusia
- Manusia Makhluk Jasmani-Ruhani Yang Paling Mulia
Kemuliaan manusia
dapat ditinjau baik dari segi fisik maupun ruhaninya, karena ia adalah makhluk
jasmani rohani.
Segi
fisik biologis.
Jasad atau fisik
manusia asal mulanya dari tanah. Setelah berproses menjadi bentuk manusia dalam
Al-Qur’an disebut basyar, (Q.S. al-Hijr; 28) yakni makhluk
fisik-biologis. Sebagai makhluk biologis kejadinnya hampir sama dengan makhluk
biologis lainnya terutama jenis binatang mamalia, yaitu dari nutfah, ‘alaqah
kemudian mudhghah embrio) dan akhirnya terbentuklah janin, yang
strukturnya secara gradual lebih sempurna dari binatang. (Q.S. at-: Tin 4 dan
al-Mukminun: 13-14).
- Manusia makhluk yang suci ketika lahir
Kesucian manusia
biasanya dikaitkan dengan kata “fitrah”. Di tinjau dari segi bahasa hal ini
sesungguhnya kurang tepat karena pengertian fitrah, sebagaimana telah
dijelaskan, ialah asal kejadian atau pola dasar penciptaan. Bila dikaitkan
dengan asal kejadiannya, manusia ketika baru lahir memang masih suci dari
segala noda dan dosa, walaupun ia lahir dari kedua orang tua yang bergelimang
dosa.
- Manusia makhluk etis religious
Sebagai rangkaian
wujudnya yang suci di kala lahir, tuhan senantiasa akan membimbingnya sengan
agama yang sesuai dengan fitrah manusia, Allah berfirman:
Maka hadapkanlah
wajahmu dengan lurus kepada agama (allah) (tetaplah) atas fitrah allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah
allah, itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
(Q.S. ar-Rum: 30).
- Manusia makhluk individu dan sosial
Karena manusia
makhluk individu dan social, maka pendidikan juga sering diartikan sebagai
individualisasi dan sosialisasi.
Individualisasi:
Proses pengembangan
dan perkembangan individua menjadi pribadi disebut individualisasi, yaitu
proses perkembangan seseorang dengan seluruh wujudnya sebagai manusia dengan
fitrah dan sumber daya manusianya, sehingga mencapai kualitas tertentu dan
mampu bertanggung jawab secara pribadi atas keberadaannya.
Indiviudalisasi
memusatkan perhatian secara individual proses pemeliharaan fitrah dan
pengembangan SDM.
Sosialisasi
Manusia sebagai
makhluk sosial juga berarti setiap individu tidak mungkin hidup layak tanpa
terkait dengan kelompok masyarakat manusia lainnya. Itulah sebabnya dalam
masyarakat demokratik, masyarakat dan individu saling komplementer. Hal ini
dapat diketahui pada:
a. Manusia
dipengaruhi oleh masyarakat dalam pembentukan pribadinya.
b. Individu
mempengaruhi masyarakat dan bahkan pengaruhnya bisa menimbulkan perubahan besar
bagi tatanan masyarakat.
Mengakhiri
pembicaraan tentang hakikat wujud manusia menurut pandangan islam, kesimpulan
yang diberikan oleh “Abbas Mahmud al-Aqqad kiranya akan memperkuat uraian di
atas, yakni :
1. Manusia adalah
makhluk mukallaf (makhluk yang diberi amanat/ memikul tanggung jawab).
2. Manusia adalah
makhluk yang merupakan gambar tuhan (‘ala suratil-khaliq).
Implikasi pernyataan
ini ialah manusia harus siap memikul tanggung jawab atas kekhalifahannya.
Dari hakekat wujudnya
sebagai makhluk individu dan sosial dapat disimpulkan bahwa menurut pandangan
islam keberadaan pribadi seseorang adalah:
1. Pribadi yang
aktivistik karena tanpa aktivitas dalam masyarakat berarti adanya sama dengan
tidak ada (wujuduhu ka ‘adamihi), artinya hanya dengan aktivitas,
manusia baru diketahui bagaimana pribadinya.
2. Pribadi yang
bertanggung jawab secara luas, baik terhadap dirinya, terhadap lingkungannya,
maupun terhadap tuhan.
3. Dengan kesimpulan
di atas mengeinplisitkan adanya pandangan rekonstruksionisme (rekonstruksi
sosial) dalam pendidikan islam melalui individualisasi dan sosialisasi.
2.
Tujuan Penciptaan
a. Tujuan utama
penciptaan manusia ialah agar manusia beribadah kepada Allah. (Q.S.
Az-Zahriyah: 56).
b. Manusia dicipta
untuk diperankan sebagai wakil tuhan di muka bumi. (Q.S. Al-Baqarah: 30, Yunus
14, Al-An’am: 165).
c. Manusia dicipta
untuk membentuk masyarakat manusia yang saling kenal-mengenal, hormat
menghormati dan tolong-menolong antara satu dengan yang lain (Q.S. Al-Hujurat:
13), tujuan penciptaan yang ketiga ini menegaskan perlunya tanggung jawab
bersama dalam menciptakan tatanan kehidupan dunia yang damai.
3.
Sumber Daya Manusia
Esensi SDM yang
membedakan dengan potensi-potensi yang diberikan kepada makhluk lainnya dan
memang sangat tinggi nilainya ialah “kebebasan” dan “hidayah Allah”, yang
sesungguhnya inheren dalam fitrah manusia.
4.
Citra manusia dalam islam.
Berdasarkan uraian
tentang fitrah manusia ditinjau dari hakekat wujudnya, tujuan penciptaannya dan
sumber daya insaninya, tergambar secara jelas bagaimana citra manusia menurut
pandangan islam:
a. Islam berwawasan
optimistik tentang manusia dan sama menolak sama sekali anggapan pesimistik
dari sementara filosof eksistensialis yang menganggap manusia sebagai makhluk
yang terdampar dan terlantar dalam hidup dan harus bertanggung jawab sendiri
sepenuhnya atas eksistensinya.
b. Perjuangan hidup
manusia bukan sekedar trial and error belaka tetapi sudah mempunyai arah
dan tujuan hidup yang jelas dan yang telah digariskan oleh Tuhan Yang Maha
Bijaksana. Untuk mencapainya manuia telah diberi pedoman serta kemampuan, yakni
akal dan agama.
c. Manusia makhluk
yang paling mampu bertanggung jawab karena dikaruniai seperangkat alat untuk
dapat bertanggung jawab yaitu kebebasan berpikir berkehendak, dan berbuat.
C.
Implikasi Fitrah Manusia Dalam Pendidikan
1.
Pemberian stimulus dan pendidikan demokratis
Manusia ditinjau dari
segi fisik-biologis mungkin boleh dikatakan sudah selesai, “Physically and
biologically is finished”, tetapi dari segi rohani, spiritual dan moral
memang belum selesai, “morally is unfinished”.
Manusia tidak dapat
dipandang sebagai makhluk yang reaktif, melainkan responsif, sehingga ia
menjadi makhluk yang responsible (bertanggung jawab). Oleh karena itu
pendidikan yang sebenarnya adalah pendidikan yang memberikan stimulus dan
dilaksanakan secara demokratis.
2.
Kebijakan pendidikan perlu pertimbangan empiris.
Dengan bantuan kajian
psikologik, implikasi fitrah manusia dalam pendidikan islam dapat disimpulkan
bahwa jasa pendidikan dapat diharapkan sejauh menyangkut development dan
becoming sesuai dengan citra manusia menurut pandangan islam
http://hadirukiyah.blogspot.com/2009/06/format-ideologi-pendidikan-islam.html
0 komentar:
Posting Komentar