BAB
II
Format
Ideologi Pendidikan Islam
Pendidikan termasuk
wilayah muamalah duniawi-yah, maka menjadi tugas manusia untuk memikirkannya
terus menerus seirama dengan perubahan zaman. Prinsip-prinsip pendidikan islam
telah dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW. Dan telah terlihat hasilnya karena
beliau mampu mengkomunikasikan islam agama fitrah dengan fitrah manusia.
DOWNLOAD VERSI MICROSOFT WORD : KLIK DI SINI
Mengingat islam
memiliki nilai-nilai universal yang fitrah manusia selalu membutuhkannya, maka
cukup beralasan kalau pendidikan islam yang sudah menjadi bagian integral dari
sistem pendidikan nasional dikemas dan ditawarkan kembali dengan pendekatan
ideologi untuk memperkuat pilar system pendidikan nasional.
A.
Ideologi Pendidikan Islam
1.
Sisi positif dan negatif sebuah ideologi
Ideologi bagi
pengikutnya memiliki fungsi positif. Menurut Vago yang dikutip oleh Haidar
Nashir, ideologi memiliki fungsi: (1) memberikan legitimasi dan rasionalisasi
terhadap perilaku dan hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat; (2) sebagai
dasar atau acuan pokok bagi solidaritas sosial dalam kehidupan kelompok atau
masyarakat, dan (3) memberikan motivasi bagi para individu mengenai pola-pola
tindakan yang pasti dan harus dilakukan.
Menurut golongan
positivistik yang dikategotikan ideologi adalah segala penilaian etis, norma,
teori-teori metafisik dan keagamaan. Semua yang termasuk ideologi itu merupakan
keyakinan yang tidak ilmiah karena tidak rasional dan hanya merupakan keyakinan
subyektip. Bila ideologi dikaitkan dengan ilmu pengetahuan, menurut Kuntowijoyo
ideologi bersifat subyektif, normatif, dan tertutup sedangkan ilmu pengetahuan
memiliki watak obyektif, faktual dan terbuka.
Untuk meminimalkan
sisi negatif ideologi perlu dibatasi pada ideologi dalam arti netral dan
ideologi terbuka. Ideologi dalam arti netral adalah sistem berfikir,
nilai-nilai, dan sikap dasar rohani sebuah gerakan kelompok sosial atau
kebudayaan. Dalam hal ini ideologi tergantung sisinya, kalau isinya baik maka
ideologi itu baik, begitu pula sebaliknya. Ideologi terbuka adalah ideologi
yang hanya menetapkan nilai-nilai dasar, sedang penerjemahannya ke dalam tujuan
dan norma-norma sosial/ politik selalu dapat dipertanyakan dan disesuaikan
dengan prinsip-prinsip moral dan perkembangan cita-cita masyarakat. Operasinalisasinya
tidak ditentukan secara apriori, melainkan harus disepakati secara
demokratis.oleh karena it ideologi terbuka bersifat inklusif, tidak totaliter,
dan tidak dimaksudkan unntuk melegatimasi kepentingan sekelompok orang.
2.
Humanisme teosentris sebagai peradigma ideologi pendidikan islam
Istilah humanisme
teosentris sesungguhnya perpaduan antara humanisme dan teosentrisme, namun
karena teosentrisme dimaksudkan untuk memberi sifat humanisme, maka menjadi
humanisme teosentris.
Karena begitu berharganya
konsep humanisme ini, maka dewasa ini terdapat sekurang-kurangnya empat aliran
penting yang negklaim sebagai pemilik asli konsep humanisme, yaitu (!)
Liberalisme Barat, (2) Marxisme, (3) Eksistensialisme, dan (4) Agama.
Walaupun keempat
aliran iru memiliki perbedaan yang tajam bahkan saling bertentangan, namun
mereka memiliki titik-titik kesepakatan mengenai prinsip-prinsip dasar
kemanusiaan sebagai nilai universal. Dalam hal ini Ali Syari’ati
mendiskripsikannya ke dalam tujuh prinsip;
a. Manusia adaalah
makhluk asli, artinya ia mempunyai substansi yang mandiri di antara
makhluk-makhluk lain, dan memiliki esensi kemuliaan.
b. Manusia adalah
mekhluk yang memiliki kehendak bebas yang merupakan kekuatan paling besar dan
luar biasa . Kemerdekaan dan kebebasan memilih adalah dua sifat ilahiah yang
merupakan ciri menonojol dalam diri manusia.
c. Manusia adalah
makhluk yang sadar (berpikir) sebagai karakteristik manusia yang paling
menonjol. Sadar berarti manusia dapat memahami realitas alam luar dengan kekuatan
berpikir.
d. Manusia adalah
makhluk yang sadar akan dirinya sendiri, artinya dia adalah makhluk hidup
satu-satunya yang memuliki pengetahuan budaya dan kemampuan membangun
perasadaban.
e. Manusia adalah
makhluk kreatif, yang menyebabkan manusia mampu menjadikan dirinya makhluk
sempurna di depan alam dan dihadapan tuhan.
f. Manusia makhluk
yang punya cita-cita dan merindukan sesuatu yang ideal, artinya dia tidak
menyerah dan menerima “apa yang ada”, tetapi selalu berusaha megubahnya menjadi
“apa yang semestinya”.
g. Manusia adalah
makhluk moral, yang hal ini berkaitan dengan masalah nilai (value).
Humanisme yang
diangkat menjadi peradigma ideologi pendidikan islam ini pada dasarnya juga berontak
dari ketujuh prinsip dasar kemanusiaan tersebut karena sesungguhnya semua itu
implicit dalam konsep fitrah manusia sebagaimana yang akan dibahas pada bab II.
Akan tetapi humanisme dalam pandangan islam tidak dapat dipisahkan dari prinsip
teosentrisme. Di satu sisi keimanan “tauhid” sebagai inti ajaran islam, menjadi
pusat seluruh orientasi nilai. Akan tetapi semua itu kembali untuk menusia yang
dieksplisitkan dalam tujuan risalah islam “Rahmatan lil’alamin”.
Huanisme islam adalah
humanisme teosentrisme karena islam adalah agama yang sangat memetingkan
manusia, menghargai harkat dan martabat manusia, dan mengantarkannya ke tingkat
kemuliaan yang tingi dengan bimbingan nilai-bilai ilahiah “tauhidi”.
B.
Pengertian Pendidikan Islam
Di dalam Al-Quran dan
Hadits sebagai sumber utama ajaran islam dapat ditemukan kata-kata atau
istilah-istilah yang pengertiannya terkait dengan pendidikan, yaitu Rabba,
‘allama, addaba.
Dalam bahasa Arab,
kata-kata Rabba ‘allama, dan addaba tersebut di atas
mengandung pengertian sebagai berikut :
a. Kata kerja rabba
yang masdarnya tarbiyahtan memiliki beberapa arti, antara lain mengasuh,
mendidik dan memelihara. Di samping kata rabba ada kata-kata yang
serumpun dengannya yaitu rabba yang berarti memiliki, memimpin,
memperbaiki, menambah. Rabba juga berarti tumbuh atau berkembang.
b. Kata kerja ‘allama
yang masdarnya ta’liman berarti mengajar yang lebih bersifat
pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan, dan keterampilan.
Kata kerja addaba
yang masdarnya ta’diban dapat diartikan mendidik yang secara sempit
mendidik budi pekerti dan secara lebih luas meningkatkan peradaban. Muhammad
Naqib Al-Attas dalam bukunya, konsep Pendidikan islam, dengan gigih
mempertahankan penggunaan istilah ta’dib untuk konsep pendidikan islam,
bukan tarbiyah, dengan alasan bahwa dalam istilah ta’dib , mencakup
wawasan ilmu dan amal yang merupakan esensi pendidikan islam.
Ketiga istilah
tersebut (tarbiyah,ta’lim, dan ta’dib) merupakan satu kesatuan yang
saling terkait artinya, bila pendidikan dinisbatkan kepada ta’dib ia
harus melalui pengajaran (ta’lim) sehingga dengannya diperoleh ilmu.
Agar ilmu dapat dipahami, dihayati, dan selanjutnya diamalkan oleh peserta
didik perlu bimbingan (tarbiyah).
Istilah tarbiyah
masdar dari rabba serumpun dengan akar kata rabb (tuhan). Oleh karenanya
tarbiyah yang berarti mendidik dan memelihara implisit di dalamnya istilah rabb
(tuhan) sebagai rabb al-‘alamin.
Berkenaan dengan
masalah ini ‘Abdur-Rahman an-Nahlawi menjabarkan konsep at-tarbiyah dalam
empat unsur;
- Memelihara pertumbuhan fitrah manusia
- Mengarahkan perkembangan fitrah manusia menuju kesempurnaannya.
- Mengembangkan potensi insani (sumber daya manusia) untuk mencapai kualitas tertentu.
- Melaksanakan usaha-usaha tersebut secara bertahap sesuai dengan irama perkembangan anak.
Implikasi penggunaan
istilah dan konsep tarbiyah dalam pendidikan islam ialah :
1. Pendidikan
bersifat humanis-teosentris artinya berorientasi pada fitrah dan kebutuhan
dasar manusia, yang diarahkan sesuai dengan sunnah (skenario) tuhan “pencipta”.
2. Pendidikan
bernilai ibadah karena tugas pendidikan merupakan bagian tugas dari
kekhalifaannya, sedangkan pendidikan yang hakiki adalah Allah “Rabbul’alamin”.
3. Tanggung jawab
pendidikan tidak hanya kepada sesama manusia tetapi juga kepada tuhan.
Mengingat betapa luas
dan kompleksitasnya risalah islamiyah maka sebenarnya yang dimaksud dengan
pengertian pendidikan islam ialah: “Segala usaha untuk memelihara dan
mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya manusia yang ada padanya menuju
terbentuknya manusia seutuhnya (insan kami) sesuai dengan norma islam.”
Pengertian pendidikan
islam tersebut sejalan dengan konsepsi baru hasil konperensi dunia pertama
tentang pendidikan islam tahun 1977 di Meka, yang menyatakan bahwa pendidikan
islam tidak lagi hanya berarti pengajaran teologik atau pengajaran Al-Qur’an,
hadits dan fiqih, tetapi memberi arti pendidikan di semua cabang ilmu
pengetahuan yang diajarkan dari sudut pandang islam.
Adapaun pengertian
pendidikan agama islam ialah “usaha yang lebih khusus ditekankan untuk
mengembangkan fitrah keberagaman (religiousitas) subyek didik agar lebih mampu
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran islam.”
C.
Fungsi Pendidikan Islam
Dengan pengertian
pendidikan islam seperti di atas fungsi pendidikan islam sudah cukup jelas,
yaitu memelihara dan mengembangkan fitrah dan sumber daya manusia menuju
terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) yakni manusia berkualitas sesuai
dengan pandangan islam.
Ditinjau dari segi
antropologi budaya dan sosiologi, fungsi pendidikan yang pertama ialah
menumbuhkan wawasan yang tepat mengenai manusia dan alam sekitarnya, sehingga
dengan demikian dimungkinkan tumbuhnya kemampuan membaca (analisis),
kreativitas dalam memajukan hidup dan kedidupannya dan membangun lingkungannya.
Dari kajian
antropologi dan sosiologi secara sekilas diatas dapat kita ketahui adanya tiga
fungsi pendidikan;
1. Mengembangkan
wawasan subjek didik mengenai dirinya dan alam sekitarnya, sehingga dengannya
akan timbul kemampuan membaca (analisis), akan mengembangkan kreativitas dan
produkstivitas.
2. Melestarikan
nilai-nilai insani yang akan menuntun jalan kehidupannya sehingga keberdaannya,
baik secara individual maupun sosial, lebih bermakna.
3. Membuka pintu ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan dan
kemajuan hidup individu maupun sosial.
Apabila dari kajian
antropologi dan sosiologi tersebut dikembalikan pada sudut pandang Al-Qr’an
sebagai sumber utama pendidikan islam, maka fungsi pertama dan terutama
pendidikan islam adalah memberikan kemampuan membaa (iqra’) pada peserta didik.
Dengan menegembalikan
kajian antropologi dan sosiologi ke dalam perspektif al-Qur’an dapat dismpulkan
bahwa fungsi pendidikan islam ialah :
1. Mengembangkan
wawasan yang tepat dan benar mengenai jati diri manusia, alam sekitarnya dan
mengenai kebesaran ilahi, sehingga tumguh kemampuan membaca (analisis) fenomena
alam dan kehidupan serta memahami hukum-hukum yang terkandung di dalamnya.
Dengan kemampuan ini akan menumbuhkan kreativitas dan produktivitas sebagai
implementasi identifikasi diri pada tuhan “pencipta”.
2. Menbebaskan
manusia dari segala anasir yang dapat merendahkan martabat manusia (fitrah
manusia), baik yang datang dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar.
3. Mengembangkan ilmu
pengetahuan untuk menopang dan memajukan kehidupan baik individu maupun soaial.
0 komentar:
Posting Komentar